Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Sarapan Mudah, Hemat dan Bergizi

Pernah mendengar jadwal makan harian? Apa yang boleh dimakan di hari tertentu dan tidak boleh diminta di hari yang lain? Mungkin terdengar aneh dan asing bagi sebagian orang, tetapi bagiku ini justru memudahkan. Mengapa memudahkan? Kami di rumah jadi punya variasi menu setiap harinya, selain itu kami jadi belajar untuk menahan diri agar tidak terus-terusan mengikuti keinginan. Setiap hari Rabu, aku dan anak-anak boleh memakan es krim. Dan, entah mengapa, anak-anak sangat mudah mengingat hari Rabu. Setiap hari Kamis, dua pekan sekali, kami boleh memakan mie instan dan teman-temannya. Apakah di hari lain benar-benar tidak boleh makan dua hal tersebut? Tentu saja fleksibel ya, bila sedang di acara pernikahan yang notabene weekend maka aku tidak bisa melarang mereka untuk memakan es krim. Kalau untuk sarapan bagaimana? Hm, biasanya aku tidak mementingkan sarapan, apalagi dengan agenda pagi yang masih berantakan seringkali sesi sarapan ini terlewat. Hingga terjadilah dua peristiwa ...

Apa yang Harus Kutulis?

Apakah seseorang yang mempunyai blog berarti selalu punya ide dalam otaknya? Apakah itu berarti selalu ada bahan tulisan yang menarik yang akan banyak dibaca orang? Tidak juga. Beberapa kali blog ini ramai karena sang empunya sedang mengikuti beberapa tantangan dari beberapa komunitas menulis yang ia ikuti. Namun, tak jarang blog ini menjadi sepi, hingga banyak sarang laba-laba di sana-sini, lalu harus bebersih lagi. Menulis sesuai tema atau menulis sesuai feeling ? Bagi seorang penulis pemula sepertiku, menulis artinya menulis saja. Mau sesuai tema, mangga . Mau sesuai dengan kondisi yang dirasakan juga bisa. Intinya menulis saja dulu. Beberapa kali tulisan-tulisan pendek belum juga di- publish karena masih belum memenuhi syarat jumlah kata. Disimpan saja dalam draft. Beberapa malah hanya berupa judul saja, ketika mau dilanjut sang penulis bahkan lupa ingin menulis apa. Dibantu dengan tema, seharusnya bisa memudahkan semua orang yang ingin belajar menulis. Ia hanya tinggal ma...

Khadija yang Dicinta

Sosok Khadija bukan tanpa alasan menjadi sosok yang begitu didamba. Padahal sebelumnya sosok Aisyah justru terlihat begitu sempurna, setidaknya bagiku. Menuliskan nama Aisyah disandingkan dengan namaku, adalah doa agar kelak aku bisa seperti dirinya. Sholehah dan cerdas, juga harapan romantisme pernikahan seperti yang dipunya Aisyah dan Muhammad. Namun, setelah menikah, dan aku diprediksi hamil anak perempuan, entah mengapa aku lebih menyukai nama Khadija. Aku tak hendak membandingkan keduanya, karena itu jelas bukan hal bijaksana. Keduanya adalah orang yang paling dicintai Nabi kita, the best man in the world. Ini hanya murni pendapat pribadi saja, semoga semakin semangat untuk meneladani sifat-sifat mulia dari kedua ummahatul mukminiin ini. Nama Khadija disematkan pada nama anak perempuanku, sudah semenjak aku tahu bahwa dia berjenis kelamin perempuan. Mengapa disematkan dengan sifat Shaabira : memperkuat kesabaran? Mengapa bukan Syakira? Begini lho, biasanya kan sabar itu i...

Shaabira Khadija, Hadiah Kesabaran

Prosesnya sudah terjadi lama, tetapi hikmahnya masih bertebaran di setiap saat aku mengingatnya. Kelahiran spesial hampir 5 tahun yang lalu. Proses kehamilan yang tidak terlalu menyenangkan. Bukan, bukan karena aku tidak menginginkan hamil dan memiliki anak. Justru aku sudah punya mimpi untuk memiliki 5 anak yang lucu-lucu dan menggemaskan. Tidak menyenangkan karena saat itulah riak-riak pertama datang sebelum akhirnya badai menerjang dan memporak-porandakan bahtera rumah tanggaku. Aku memaksa diri tidak boleh bersedih karena aku tahu perasaan ibu akan berpengaruh pada anak. Namun, ada air mata yang memaksa mengalir walau aku berusaha menahan. Semua hal yang seharusnya tidak boleh ada ketika seorang ibu sedang hamil malah kualami. Seolah-olah Allah sedang membukakan mataku untuk melihat siapa sebenarnya orang yang menjadi pasanganku. Belum lagi proses kelahiran sebelumnya yang menimbulkan luka membuatku agak takut melakukan proses persalinan di rumah sakit. Aku mau melahirkan den...

My Favourite Writer

Aku mulai 'rutin' membaca sejak usia SD kelas 5. Diawali dari tumpukan majalah milik tante yang rapih di rak buku di rumah. Awalnya hanya membaca komik di cover belakang majalah karena sang tokoh utama memiliki karakter yang unik, kerudung lebar menjuntai dengan ujung berkibar, juga kacamata yang besar. Ayo, ada yang bisa nebak komik apa dan majalah apa yang kubaca? Yup, tepat sekali. Majalahnya adalah majalah Annida dan komiknya tentu saja komik si Nida. Ada duo kakak adik penulis -yang kata tanteku rumahnya tidak jauh dari rumah kami waktu itu- yang rutin menulis untuk majalah Annida ini. Mba Helvy dan Mba Asma Nadia. Dan, akhirnya di usia SMP aku 'menemukan' serial Aisyah Putri, Operasi Milenia. Serial fiksi pertama yang membuatku merutinkan mengumpulkan uang untuk membeli buku. Sejak saat itu aku berkata, aku ingin punya semua buku karangan Mba Asma. Kumpulan cerpennya kubeli, lanjutan Aisyah Putri pun menemaniku melewati masa-masa remaja yang katanya labil....

Resep Warisan Keluarga

Beberapa saat yang lalu, adik laki-lakiku yang sedang berada di Jepang mengirimkan pesan ke ponsel ibu. 'Mi, mau dong dikirimin resep-resep masakan Umi, soalnya Ifa-istrinya sedang hamil besar- kayaknya sudah susah untuk berdiri terlalu lama.' Lalu mengalirlah curhatan tentang menu makannya akhir-akhir ini yang hanya telur mata sapi atau telur dadar saja. Hihi.. Ifa tipe istri yang suka masak dan bereksperimen di dapur. Adik laki-lakiku biasanya tinggal memakan menu buatan istrinya yang variatif. Kali ini, Ifa juga pasti masih ingin memasak, tetapi Abang tidak tega untuk memaksanya berdiri terlalu lama. Jadilah Umi mendiktekan beberapa resep dasar masakan yang selalu ada di rumah. Katanya sih, sekalian agar Abang bisa melepas rindu dengan masakan buatan Umi. Resep-resep sederhana yang alhamdulillah selalu istimewa di lidah kami, juga banyak orang yang pernah mencobanya. Tetangga, rekan-rekan anak-anaknya beberapa sempat mengatakan dengan langsung bahwa kangen masakan Umi...

Sifat Baiknya yang Ada Padamu

Dear Abang, Bunda tahu Abang sudah semakin besar, semakin bisa mengerti apa yang terjadi. Bunda berterima kasih Abang mau belajar menerima kenyataan soal hidup kita yang mungkin tidak sama dengan kebanyakan orang. Dulu, Abang akan menangis bila sosok itu pergi. Entah menangis karena takut kehilangan, atau karena bingung mengapa sosok itu selalu pergi dan jarang kembali. Pertanyaan tentang 'Apakah ayah orang lain, Bun?' juga pernah kau tanyakan. Orang lain? Bagi Bunda mungkin iya, Nak. Namun, bagi Abang, selamanya dia adalah ayahmu. Bagaimana pun perasaan Bunda terhadapnya dan semua yang terjadi di masa lalu, adalah urusan Bunda. Bagi Abang, perintah birrul walidain tetap berlaku. Betapa sedihnya Bunda ketika Abang bilang bahwa Abang nggak punya ayah, dan bilang sudah memberitahu hal itu pada teman-teman Abang. Abang tetap punya ayah, Nak. Hanya saja dia tidak tinggal bersama kita. Juga ketika Abang menolak menerima telepon darinya dan lebih asyik bermain. Sungguh, B...

Kegiatan Parenting Pertama

Di sebuah sekolah di atas gunung di daerah perbatasan kota Bandung, sebut saja R akan mengadakan suatu kegiatan khusus untuk orang tua. Parenting. 'Bu, acaranya akan kayak gimana?' Ya, biasa aja. 'Parenting tuh apa, Bu?' Parenting : nu pararenting naon wae nya? elus dada ___ Dengan keterbatasan informasi dan pengalaman, di Sabtu pagi alhamdulillah kegiatan parenting pertama dibuka dengan lancar. Perkenalan yang dibumbui surprising news dari salah seorang ibu yang baru hamil 6 pekan, juga guyonan tentang jumlah anak yang masih di kisaran 2 dan 3. Pengisinya adalah seorang dokter gigi yang aktif dalam dunia parenting dan pendidikan, seorang kawan lama yang jarang berjumpa tetapi selalu ada dalam doa. Di bawah ini, akan ada beberapa kisah, perumpamaan dan poin-poin penting yang bisa saya catat sebagai orang yang berjuang sendirian. 1. Apakah tujuan berumah tangga ? Maka, ingatan itu akan lompat pada suatu masa, ketika laki-laki yang duduk di depan sana men...

Ketika Pasangan Berselisih

Mungkin agak kurang pantas jika seseorang yang memiliki masalah rumah tangga berbicara tentang tips mengatasi masalah dengan pasangan. 'Lah kamu kan nggak sukses, mau ngasih tips apa?' Mungkin kalimat itu pantas disematkan padaku. Namun, aku merasa harus menyampaikannya. Masalah rumah tangga, banyak yang berujung pada perceraian. Entah karena salah paham, banyak berprasangka dan enggan memperbaiki. Satu kalimat ustadz Bendri yang selalu teringat adalah Perceraian itu terjadi karena pelakunya melakukan dosa. Baik disadari atau tidak. Bisa jadi oleh salah satu pasangan, atau bahkan keduanya. Maka aku mencari, kiranya mana porsi bagianku yang terhitung maksiat. Laki - laki sebagai imam, dan perempuanlah makmumnya Maka hal pertama yang harus dilakukan oleh pasangan yang berselisih adalah memastikan posisi. Kita imam atau makmum? Kalau makmum berarti harus ikut imam, kan? Taat pada suami adalah keharusan kecuali jika diajak bermaksiat. Maka bila hanya berselisih soal di...

Kotak Kaca

Pernah melihat kotak kaca di sekelilingku? Kotaknya memang bening, hingga mungkin kalian tidak menyadarinya. Kalian tetap bisa melihatku, tetapi aku tidak bisa kemana-mana. Beberapa kali mencoba berlari kemudian terhenti lagi. Karena dia. Aku melihat fajar, melihat senja. Memandangi hujan, juga daun kering yang jatuh perlahan. Aku mengikuti langkah kaki yang mulai menjauh, mereka yang lebih dulu berani untuk keluar dari kotak kacanya. Namun, hingga kini aku masih merasa nyaman dalam kotak kacaku. Iya, kalian bisa melihatku jelas. Ketika aku bangun dan bahkan mungkin saat lelapku. Melihatku tetap tersenyum dan berdiri setegar karang. Kalian mungkin merasa tidak perlu bertanya, bagaimana keadaanku kini, karena aku memang terlihat baik-baik saja. Kalian hanya terlalu baik, selalu berpikiran positif tentangku. Kalian membiarkanku dan membuatku merasa tidak perlu melakukan perubahan apa-apa, selain menjadi diriku yang dikelilingi kotak kaca. Padahal ini mulai menyakitiku. Kotak ka...

Bekal Abang

Semenjak si sulung daftar sekolah dan Bunda melihat salah satu persiapan yang harus dibawa, Bunda mulai deg-degan pas baca : snack time dan makan siang . Kenapa deg-degan? Pas TK, segitu sekolah di depan rumah dan hanya bawa bekal 3 kali sepekan saja, Bunda masih lebih sering minta bantuan nenek untuk membawakan bekal #abangneng waktu mendekati jam makan anak. Kali ini sekolahnya jauh, pulangnya siang dan harus bawa dua bekal? Oh my Rabb, can i? Memulai membeli frozen food Bukannya nggak mau menyiapkan bahan makanan yang fresh and homemade , tetapi Bunda sadar diri. Sadar kemampuan memasaknya terbatas dan masih selalu repot di pagi hari. Terima kasih pada semua penjual frozen food dengan aneka ragam jenisnya. Semua dicoba bertahap untuk melihat respon anak, mana yang disukai mana yang tidak. Egg chicken roll, bakpau , dimsum , fishball adalah menu yang disukai anak-anak. Persiapan bekal yang harusnya bisa disimpan sampai sepekan malah habis sekali kesempatan. Kentang goren...

Berani Bermimpi Lagi

Semenjak badai dalam kehidupanku tiga tahun ke belakang. Rasanya bermimpi adalah hal yang jarang kulakukan. Bagaimana jika bermimpi diganti saja dengan bertahan sesuai kemampuan diri. Rasanya, bisa bertahan saja sudah sebuah hal istimewa yang bisa kulakukan. Nyatanya, Mahabaik Allah. Ia justru membukakan jalan untuk mewujudkan mimpiku justru setelah badai terjadi. Daftar impian masa lajang pun satu persatu bisa diceklis dengan perasaan bangga yang susah digambarkan dengan kata-kata. Ingin jadi penulis Seorang teman lama begitu kaget ketika tahu bahwa aku belum pernah satu kali pun menelurkan karya. Mungkin tidak berniat meremehkan, tetapi yang terasa sih begitu. So what? Aku memang suka menulis, berkali-kali ikut lomba dan selalu tidak lolos. Bukan berarti aku bukan penulis, kan? Akhirnya kutahu bahwa si empunya komen baru saja memiliki satu buku antologi. Oh, oke, kita balas nyinyir dengan karya. Impian pertama yang terwujud adalah buku antologi pertamaku tentang alasanku menu...

Trio BSS plus si Merah

Sebagai single fighter with two kiddos, rasanya perjalanan bertiga adalah suatu hal yang tak bisa terelakkan. Bisa terhitung dengan jari bisa berkendara sendirian dan terasa hampa. Dan, setiap yang bertemu pasti akan bertanya, 'anak-anak di mana?' Apakah bepergian bertiga itu sulit ? Alhamdulillah, Allah yang paling hebat skenarionya. Ketika anak-anak batita, aku masih punya support system, ART baik yang siap menemaniku membelah kota. Dan, ketika akhirnya ART menemukan jalan hidupnya yang lain, aku sudah lebih siap pergi bertiga saja. Untuk bepergian dalam kota, rasanya sudah terbiasa. Bila kedua anak tidur dan sudah sampai ke lokasi yang dituju. Biasanya aku akan menghubungi tuan rumah atau rekan kerja yang bersinggungan untuk membantuku menggendong salah satu anak. Untuk bepergian lintas kota, aku tidak pernah pergi bertiga. Pasti minta bantuan nenek atau tantenya agar ikut juga. Intinya, ketika Allah tahu bahwa aku butuh bantuan, selalu ada orang baik yang Allah kiri...

Aku VS Waktu

Kapan waktu yang tepat untuk menulis? Biar tulisannya 'berisi', mungkin menulis saat mengalami kejadian di luar kebiasaan adalah waktu yang tepat. Namun, kejadian di luar kebiasaan ini kan jarang terjadi, apakah kita harus menunggu? Tentu saja, tidak. Secara teori, tampaknya sudah lulus untuk mengetahui kapan seorang penulis harus menulis. Tentu saja seorang penulis harus selalu menulis sepanjang waktu. Secara praktek? Mari terus mencoba istiqomah (lagi). Dengan kesibukan yang ada, kewajiban-kewajiban yang harus diselesaikan setiap harinya. Rasanya, menulis ada di prioritas ke sekian. Apalagi menulis dengan target dan tema tertentu. Namun, seorang penulis tetap harus menulis, kan? Kita coba tulis beberapa hal yang bisa dilakukan agar terus istiqomah dalam menulis. 1. Kuatkan tekad Saya harus menulis 1 tulisan per hari . atau Saya harus menulis 1 pekan sekali . Carilah alasan yang kuat mengapa kita harus menulis, karena alasan inilah yang akan selalu jadi mesin peng...

Waktu Berharga

Bagaimana rasanya terus-terusan menjadi teko yang harus mengeluarkan teh manis dari mulutnya? Lelah? Pasti. Mungkin begitulah rasanya menjalani rutinitas harian yang sudah menjadi bagian besar dalam hidupku. Bukannya tidak suka, aku suka sekali dengan pekerjaanku. Hanya saja, aku tetap butuh waktu-waktu spesial untuk mengembalikan semangatku ke kondisi terbaiknya. Sebagai ibu dua anak yang hampir selalu ditempeli anak-anak kemana-mana, kapan waktu spesial itu tiba? Menunggu waktu sendirian, itu berarti menunggu mereka tertidur lelap atau bangun lebih pagi sebelum mereka juga mulai membuka mata. Apa saja yang bisa membuat semangat lagi? 1. Menyelesaikan catatan keuangan Bukannya tambah pusing, ya? Kalau buatku sih, nggak. 😉 Mengetahui berapa banyak yang sudah keluar, berapa banyak yang masih dimiliki membuat perasaan menjadi lebih tenang. Apalagi aku memegang catatan keuangan di tempat kerja, di keluarga kecilku dan di bisnisku yang baru mulai berkembang. Rasanya...