Apa yang Harus Kutulis?
Apakah seseorang yang mempunyai blog berarti selalu punya ide dalam otaknya? Apakah itu berarti selalu ada bahan tulisan yang menarik yang akan banyak dibaca orang?
Tidak juga.
Beberapa kali blog ini ramai karena sang empunya sedang mengikuti beberapa tantangan dari beberapa komunitas menulis yang ia ikuti. Namun, tak jarang blog ini menjadi sepi, hingga banyak sarang laba-laba di sana-sini, lalu harus bebersih lagi.
Menulis sesuai tema atau menulis sesuai feeling?
Bagi seorang penulis pemula sepertiku, menulis artinya menulis saja. Mau sesuai tema, mangga. Mau sesuai dengan kondisi yang dirasakan juga bisa.
Intinya menulis saja dulu.
Beberapa kali tulisan-tulisan pendek belum juga di-publish karena masih belum memenuhi syarat jumlah kata. Disimpan saja dalam draft.
Beberapa malah hanya berupa judul saja, ketika mau dilanjut sang penulis bahkan lupa ingin menulis apa.
Dibantu dengan tema, seharusnya bisa memudahkan semua orang yang ingin belajar menulis. Ia hanya tinggal masuk ke dalam kenangan yang ia punya, lalu menuliskannya.
Namun, bagaimana jika tidak ada kenangan apa pun tentang tema yang ditawarkan?
Tulislah saja hal yang paling dekat denganmu.
Ada salah seorang teman yang membuat buku dari hasil celoteh anaknya yang rajin ia kumpulkan. Ada juga yang membuat buku dari kesehariannya menemani anaknya bermain.
Kalau aku, paling sering menuliskan perasaan sedih dan marah. Tulisan adalah cara mengeluarkan ekspresi terbaik dari kedua perasaan itu.
Kembali pada niat awal menulis
Jika menulis agar dibaca orang, kata seorang teman, mungkin kita akan kecewa jika tidak ada satu pun orang yang membaca tulisan kita.
Anehnya, pada awalnya aku menulis hanya untuk merilis emosiku. Aku menulis di media yang paling jarang dilirik orang.
Ketika syarat tempat menulis ada di dua aplikasi, wattpad atau facebook. Aku memilih wattpad, agar tidak ada orang yang membaca tulisanku.
Mengapa?
Mungkin karena diriku masih malu dan merasa diri sebagai penulis pemula yang masih banyak kesalahan.
Tulisan pertamaku yang berupa novel yang menemui kata tamat bisa dijumpai di link ini (https://my.w.tt/UbEH3OoTb0).
Ini diselesaikan dalam rangka tugas dari sebuah komunitas.
Dasar udik, setiap dapat peringkat yang baik dan jumlah pembaca meningkat, biasanya akan kusimpan dan kucatat.
Namun, menulis untuk mencari banyak pembaca terkadang melelahkan.
Memperbaiki niat untuk menulis, menemukan alasan yang lebih kuat harus segera dilakukan agar kebiasaan menulis tidak hilang.
Maka kupilih menulis untuk mengikat ilmu dan membagikannya pada khalayak. Mungkin bukan aku yang faqih akan ilmu, tetapi setidaknya aku bisa berharap setitik pahala pada setiap pembaca yang mengambil hikmahnya.
Dengan niat ini, maka aku ingin menulis semua hal baik yang aku tahu, agar semakin banyak yang mengetahui kebaikan. Bahkan kalau bisa melakukan kebaikan, mendawamkan hingga menjadi kebiasaan.
Semoga niat ini juga bisa membawaku menuju tempat yang paling kuinginkan, surga!
Ketika niat mulia terlupa
Ditulis, sebagai pengingat bagi hati yang mudah lupa. Niatnya sudah baik, apa daya godaan pasti akan muncul di tiap langkahnya.
Tulislah, dan pasanglah di tempat yang paling mudah dilihat.
Aku ingin menulis karena ....
Oh iya, sekalian promosi, buku antologi pertamaku juga berkisah tentang ini. Tentang alasanku menulis.
Judulnya 'Welcome to Becoming Writer'. Titik awal aku mulai memberanikan diri menyebut diriku penulis.
Kalau setelah mencoba ketiga hal ini dan kamu belum merasa harus terus menulis. Mungkin kamu sebenarnya punya cara lain untuk menebar kebermanfaatan dirimu pada sesama. Fokuslah di sana.
Selamat menulis, selamat menjadi bunga.
Komentar
Posting Komentar