Sifat Baiknya yang Ada Padamu

Dear Abang,
Bunda tahu Abang sudah semakin besar, semakin bisa mengerti apa yang terjadi. Bunda berterima kasih Abang mau belajar menerima kenyataan soal hidup kita yang mungkin tidak sama dengan kebanyakan orang.

Dulu, Abang akan menangis bila sosok itu pergi. Entah menangis karena takut kehilangan, atau karena bingung mengapa sosok itu selalu pergi dan jarang kembali.

Pertanyaan tentang 'Apakah ayah orang lain, Bun?' juga pernah kau tanyakan.

Orang lain?
Bagi Bunda mungkin iya, Nak. Namun, bagi Abang, selamanya dia adalah ayahmu.

Bagaimana pun perasaan Bunda terhadapnya dan semua yang terjadi di masa lalu, adalah urusan Bunda.

Bagi Abang, perintah birrul walidain tetap berlaku.

Betapa sedihnya Bunda ketika Abang bilang bahwa Abang nggak punya ayah, dan bilang sudah memberitahu hal itu pada teman-teman Abang.

Abang tetap punya ayah, Nak. Hanya saja dia tidak tinggal bersama kita.

Juga ketika Abang menolak menerima telepon darinya dan lebih asyik bermain. Sungguh, Bunda tidak mau memaksa Abang, mungkin akan terdengar kikuk bagi dua orang untuk saling tegur sapa dan harus memulai percakapan pada rentang waktu yang lama.

Syukuri, Bang.
Pada waktu yang terbatas itu, sampaikan bakti kita. Tunjukkan pada Allah bahwa kita menuruti perintahnya.

Berbuat baik, berkata lembut, berterima kasih.

Ada satu hal, yang Abang tutupi sejak lama. Hal prinsip yang Bunda pegang sebagai syarat mutlak seorang imam, yakni menjadi contoh yang baik.

Berkali-kali Abang berusaha mencoba masuk ke arah bahasan ini, dan Bunda tidak pernah mengerti arah bahasannya ke mana.

Hingga suatu hari, Abang meminta digendong kemudian membisikkan hal itu. Hal rahasia yang akhirnya harus kita terima bersama.

Maafkan, Bunda ya Bang. Jika Abang harus melihat sesuatu yang sama-sama kita yakini bahwa itu tidak baik dilakukan.

'Ayah merokok, Bun'

Padahal kita sama-sama tidak suka asapnya, kita juga selalu bereaksi jika ada orang di sekitar kita yang menebar racun dengan semena-mena.

Darinya, semoga hanya hal baik yang akan kau tiru. Hal buruknya, semoga kelak kau bisa jadi pengingat yang tegas dan lembut padanya.

Abang sholeh, Bunda pernah membaca bahwa sifat anak akan menurun dari ayahnya. Betapa Bunda khawatir, -sekalipun Bunda juga bukan orang yang baik, banyak hal yang Bunda tahu tentangnya akan ada juga pada Abang.

Semoga Abang berkenan untuk mendapat masukan ya. Bunda sampaikan bukan karena Bunda tidak suka ada kemiripan antara Abang dan ayah. Namun karena Bunda sadar bahwa sifat itu kurang baik.

Misalnya : memandang semua hal bisa dibeli dengan uang. Kita bisa membeli banyak hal dengan uang, Bang, tetapi tidak kesantunan. Beberapa kali Abang terlihat menganggap mudah untuk membeli sesuatu dengan alasan, Bunda juga pegang banyak uang.

Uang yang ada, bukan hanya untuk dihabiskan, Bang, tetapi dikelola dengan baik. Kita lihat mana yang prioritas dan yang bukan. Sesungguhnya, Bunda pun masih belajar.

Atau ketika Abang lebih suka jajan dibanding membuat makanan sendiri. Bunda takut, Bang. Gaya hidup seperti ini bukan gaya hidup kita.

Abang ingin makanan yang panas, iya itu memang lebih lezat, ya?

Namun, bukan berarti kita bisa menganggap makanan yang dingin tidak layak makan.

Abang harus bersyukur bahwa Allah memberi kita bermacam-macam makanan yang bisa Abang nikmati. Semuanya harus kita terima dengan baik. Ingat lagi, kenapa kita harus makan, kenapa kita harus jaga titipan Allah berupa tubuh kita.

Selain beberapa sifat tadi, ada satu sifat Abang yang Bunda pikir mirip sekali dengannya.

Coba tebak apa, Bang?

Dermawan. Abang selalu berbisik ke arah Bunda ketika melihat pengemis di jalanan. Meminta uang pada Bunda untuk memberikan sebagian milik kita untuk mereka.

Walau setelah itu, Bunda harus menjelaskan tentang konsep kaya-miskin dan alasan mereka harus meminta-minta.

Semoga kelak Abang bisa berada di barisan para sahabat semisal Abu Bakr atau 'Utsman ya.

Tetaplah jadi lelaki yang baik, Bang. Setidak ideal apa pun laki-laki di sekeliling kita, karena kita punya para lelaki utama yang selalu pantas jadi teladan.

Rasulullah dan para sahabat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Harus Kutulis?

Pertemuan kembali

re arrange