Sarapan Mudah, Hemat dan Bergizi

Pernah mendengar jadwal makan harian?
Apa yang boleh dimakan di hari tertentu dan tidak boleh diminta di hari yang lain?

Mungkin terdengar aneh dan asing bagi sebagian orang, tetapi bagiku ini justru memudahkan. Mengapa memudahkan? Kami di rumah jadi punya variasi menu setiap harinya, selain itu kami jadi belajar untuk menahan diri agar tidak terus-terusan mengikuti keinginan.

Setiap hari Rabu, aku dan anak-anak boleh memakan es krim. Dan, entah mengapa, anak-anak sangat mudah mengingat hari Rabu.

Setiap hari Kamis, dua pekan sekali, kami boleh memakan mie instan dan teman-temannya.

Apakah di hari lain benar-benar tidak boleh makan dua hal tersebut? Tentu saja fleksibel ya, bila sedang di acara pernikahan yang notabene weekend maka aku tidak bisa melarang mereka untuk memakan es krim.

Kalau untuk sarapan bagaimana?
Hm, biasanya aku tidak mementingkan sarapan, apalagi dengan agenda pagi yang masih berantakan seringkali sesi sarapan ini terlewat.

Hingga terjadilah dua peristiwa yang membekas di hati dan membuatku merasa harus mengubah pola makan kami.

Pertama, bekal makan anak sulungku yang terdiri dari snack time dan makan siang tidak disentuh sama sekali. Padahal sekolahnya dari pagi sampai menjelang sore.

Anak ini terus saja mengungkapkan alasan yang berbeda tiap waktu, sehingga aku tidak bisa menemukan apa alasan sebenarnya.

Misalnya saja, tadi yang makan duluan anak perempuan, yang laki-laki mah pada main atau Abang nggak suka menu itu.

Semenjak saat itu, aku berjanji bahwa bekal ke sekolah bukanlah menu yang terlalu penting. Tidak perlu terlalu dianggap rumit.

Yang terpenting adalah anak cukup sarapan dan makan siang dengan makanan berat agar kebutuhan gizinya tercukupi.

Peristiwa kedua adalah ketika si bungsu yang juga bersekolah di tempatku mengajar, diantar gurunya ke kelasku. Katanya si cantik sakit perut, tetapi tidak ingin BAB dan malah ingin menemuiku.

Alasan yang ia bisikkan padaku sungguh membuatku malu.

"Ade laper, Bun."

Padahal dia sudah menghabiskan seporsi batagor sebelum berangkat tadi.

Dan ia ingin aku memasakkan telur untuknya di jam pelajaran. Aku segera meminta izin pada rekanku untuk pulang sejenak. Untung saja, jadwal hari itu agak bebas karena kami akan menghadiri acara market day di sekolah.

Oke, kita harus benar-benar merutinkan sarapan yang sehat dan bergizi, dan agar sesuai dengan judul juga harus hemat.

Bila sedang punya stok makanan beku, biasanya kami akan menggoreng atau mengkukus beberapa jenis makanan, sebut saja bakpau, dimsum, kentang bahkan kebab.

Kalau ingin makan yang lebih berat biasanya kami menggoreng olahan ayam atau seafood mulai dari eggroll chicken, kekian, baso, sosis atau nugget. Makanan pendamping nasi ini selalu bisa membangkitkan selera makan anak-anak.

Bila tidak ada stok, maka telur menjadi senjata andalan kami. Diceplok setengah matang untuk si sulung, dan didadar dengan tambahan kecap untuk si bungsu.

Dihidangkan dengan nasi hangat, kadang anak-anak makan sendiri sambil sesekali diteriaki agar tidak terlalu lama mengemut makanan.

Apakah anak-anak minum susu setiap pagi? Sayangnya, tidak. Susu belum menjadi menu rutin kami, bahkan anak bungsuku tidak terlalu suka susu.

Namun, dari sekian pilihan menu, yang paling kami sukai adalah : lontong kari. Biasanya kami beli seporsi untuk bertiga, dan anak-anak makan sambil disuapi saja.

Anak sulung hanya makan lontong dan kuahnya, sedangkan si bungsu mau dengan ayamnya. Kalau Bunda paling suka mencelupkan kerupuk ke dalam kuah lalu memakannya tanpa lontong dan ayam.

Tukang lontong ini berjualan tak jauh dari rumah kami. Harganya Rp.10.000 seporsi.

Sungguh, ini sarapan yang mudah, hemat dan bergizi, kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Harus Kutulis?

Pertemuan kembali

re arrange