Aku VS Waktu

Kapan waktu yang tepat untuk menulis? Biar tulisannya 'berisi', mungkin menulis saat mengalami kejadian di luar kebiasaan adalah waktu yang tepat. Namun, kejadian di luar kebiasaan ini kan jarang terjadi, apakah kita harus menunggu?

Tentu saja, tidak.

Secara teori, tampaknya sudah lulus untuk mengetahui kapan seorang penulis harus menulis. Tentu saja seorang penulis harus selalu menulis sepanjang waktu.

Secara praktek?
Mari terus mencoba istiqomah (lagi).

Dengan kesibukan yang ada, kewajiban-kewajiban yang harus diselesaikan setiap harinya. Rasanya, menulis ada di prioritas ke sekian. Apalagi menulis dengan target dan tema tertentu.

Namun, seorang penulis tetap harus menulis, kan?

Kita coba tulis beberapa hal yang bisa dilakukan agar terus istiqomah dalam menulis.

1. Kuatkan tekad

Saya harus menulis 1 tulisan per hari.

atau

Saya harus menulis 1 pekan sekali.

Carilah alasan yang kuat mengapa kita harus menulis, karena alasan inilah yang akan selalu jadi mesin penggerak kita.

Kalau bagiku, menulis berarti merilis emosi dengan cara yang santun. Sesedih apa pun melewati sebuah 'drama kehidupan', ketika ditulis, rasanya plong di hati, dan ketika membaca ulang kisah yang ditulis, ternyata tidak sesedih itu.

Menulis juga berarti mengikat ilmu dan memperpanjang amal. Kebaikan yang kita tulis, bisa dibaca oleh ratusan, ribuan atau bahkan jutaan orang tanpa batasan waktu. Dan, ketika ada yang tergerak melakukan kebaikan setelah membaca tulisan kita, setiap itu pula ada aliran pahala untuk penulisnya. Maka, pastikan hanya hal baik yang kita tulis.

2. Tentukan jadwal

Bagiku, dua jadwal istimewa adalah pagi sebelum anak-anak bangun atau malam sesudah anak-anak tidur.

Dua waktu ini adalah waktu yang paling pas untuk melakukan hal-hal yang butuh konsentrasi lebih tinggi, salah satunya menulis.

Namun, balik lagi ke tulisan awal. Ketika terjadi hal-hal yang luar biasa, kapan pun itu, sebaiknya segera ditulis.

Biasanya hal-hal yang langsung kutulis adalah celoteh-celoteh anak bungsuku, semisal

'Bun, kenapa Bu Rani harus bantuin Bu Rana, emang PR nya susah?'

Celoteh ini disampaikan ketika gurunya izin membantu persiapan pernikahan saudaranya. Sederhana, tetapi kalau momennya terlewat, biasanya perkataan dan rasanya pun sudah terlupakan.

3. Cari teman atau komunitas

Untuk pemula sepertiku, penting sekali sebuah wadah atau komunitas yang akan terus memacu semangat, agar tulisan bukan selalu tentang tjurhad.

Apalagi komunitas yang memasang target menulis yang disertai iming-iming reward and punishment biasanya akan membuat kita lebih atau dipaksa rajin menulis.

Beberapa komunitas yang kuikuti berhasil membuatku terpacu untuk menulis bahkan sampai bisa menelurkan karya. Namun, ada juga beberapa komunitas yang akhirnya kutinggalkan karena memang belum bisa kuikuti ritmenya.

Perlahan tetapi pasti, kita akan menemukan sendiri jenis tulisan yang paling kita sukai dan yang paling 'kita banget'

4. Buat apresiasi dan konsekuensi diri

Ketika berhasil konsisten, buatlah perayaan untuk diri sendiri, sekecil apa pun. Membeli minuman kesukaan atau bahkan membeli novel idaman.

Ketika belum sesuai target, konsekuensinya adalah penuhi target. Ya apalagi.

Target menulis satu tulisan sehari terlewat, ya besoknya menulis dua tulisan. Siapa yang harus tegas dalam penerapan konsekuensi ini? Jawabannya ya, hanya kita sendiri.

Setelah melakukan semua ini, apakah kita telah mengatur waktu kita sedemikian baik?

Bisa jadi ya atau tidak.

Tugas kita hanyalah mengusahakan yang terbaik. Jika ternyata kita belum konsisten untuk menulis kebaikan, berdoalah agar kesibukan-kesibukan yang lain juga bernilai kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Harus Kutulis?

Pertemuan kembali

re arrange