Resep Warisan Keluarga

Beberapa saat yang lalu, adik laki-lakiku yang sedang berada di Jepang mengirimkan pesan ke ponsel ibu.

'Mi, mau dong dikirimin resep-resep masakan Umi, soalnya Ifa-istrinya sedang hamil besar- kayaknya sudah susah untuk berdiri terlalu lama.'

Lalu mengalirlah curhatan tentang menu makannya akhir-akhir ini yang hanya telur mata sapi atau telur dadar saja.

Hihi..
Ifa tipe istri yang suka masak dan bereksperimen di dapur. Adik laki-lakiku biasanya tinggal memakan menu buatan istrinya yang variatif. Kali ini, Ifa juga pasti masih ingin memasak, tetapi Abang tidak tega untuk memaksanya berdiri terlalu lama.

Jadilah Umi mendiktekan beberapa resep dasar masakan yang selalu ada di rumah. Katanya sih, sekalian agar Abang bisa melepas rindu dengan masakan buatan Umi.

Resep-resep sederhana yang alhamdulillah selalu istimewa di lidah kami, juga banyak orang yang pernah mencobanya.

Tetangga, rekan-rekan anak-anaknya beberapa sempat mengatakan dengan langsung bahwa kangen masakan Umi.

Padahal, kata Umi, Umi mah nggak bisa masak. Semuanya cuma pakai bumbu standar, bawang merah/bawang bombay, bawang putih, gula dan garam. Sesekali ditambah bumbu penyedap.
Jadi, sebenarnya apa resep warisan keluarga kami?

Apa ya?
Yang pernah diidam-idamkan teman adalah tongkol bumbu kuning, yang semakin lama disimpan rasanya justru semakin lezat. Apalagi jika digoreng sesudahnya, dan dimakan dengan nasi hangat.

Tidak ada resep rahasia, sama seperti tongkol bumbu kuning yang ada di resep-resep yang tersebar di laman pencarian. (Mangga berkunjung ke cookpad ya, insyaaAllah banyak macamnya)

Umi sebagai penyuka rasa asam, biasanya akan menambah rasa asam lebih dari resep aslinya.

Katanya sih, resep ini beliau dapatkan dari keluarga besar bapakku. Namun, dimodifikasi sesuai lidahnya.

Bagi penyuka hidangan berkuah, bisa dinikmati ikan yang empuk dan kuah yang rasanya asam manis. Jika yang suka goreng-goreng sepertiku, boleh juga untuk menggorengnya hingga agak kering.

Apa lagi ya, resep spesial di rumah?

Sebenarnya ada satu resep khas buatan Umi yang disukai hampir seluruh tetangga, sayangnya tidak disukai oleh hampir seluruh penghuni rumah.

Nasi kebuli (versi Umi).

Ini juga sebenarnya resepnya standar karena pada awalnya Umi juga meminta adik untuk mencari di laman pencarian dan mencatatnya.

Namun, ketika dimodifikasi dengan gaya Umi, rasanya jadi mudah dikenali.

Masakan ini biasanya dibuat pada agenda spesial, misal untuk menu buka bersama jamaah masjid atau ketika ada perayaan hari besar Islam.

Pernah suatu kali, kami anak-anaknya memilih untuk membeli nasi kebuli di tempat catering lain. Niatnya sih, agar Umi tidak perlu repot berkutat di dapur dan bisa ikut kegiatan dari awal sampai akhir. Eh, ternyata beberapa langsung berkomentar, ini mah bukan buatan Umi ya, rasanya kurang gurih, kurang xyz, dll.

Mengapa tidak disukai orang rumah?

Alasan pertama, sangat banyak rempah. Berbeda dengan masakan Umi yang lain yang cenderung soft, masakan ini sangat mencolok.

Alasan kedua dan yang paling utama adalah daging kambingnya. Kami, bahkan Umi, bukan penyuka kambing. Bau kambing dan bau rempah membuat menu ini tidak begitu digemari di dalam rumah, tetapi sangat disukai di luar rumah.

Hm, jadi kepikiran, apa lebih baik kami membuat warung makan dengan menu ini ya?

Seringkali, Umi bahkan membuat dua varian menu. Nasi kebuli daging kambing dan daging ayam, sehingga orang-orang yang tidak makan kambing juga bisa memakan menu spesial ini.

Terakhir, menu andalan untuk anak-anak sekolah (Umi juga bertugas sebagai penyelenggara bekal makan anak sekolah dua kali sepekan) adalah nasi goreng sosis.

Ini lebih standar, Umi hanya pakai bumbu racik instan. Namun, setiap ini tersaji bisa dipastikan bahwa barisan anak yang mau menambah makan akan semakin panjang. Bahkan, beberapa harus kecewa karena kehabisan.

Kalau kata adik sih, kelebihan masakan Umi bukan di resepnya. Namun, rasa sayang Umi untuk orang-orang yang dibuatkan masakan itu yang membuatnya terasa lebih istimewa.

So, kapan aku punya resep yang bisa dibanggakan seperti Umi ya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Harus Kutulis?

Pertemuan kembali

re arrange