Kegiatan Parenting Pertama
Di sebuah sekolah di atas gunung di daerah perbatasan kota Bandung, sebut saja R akan mengadakan suatu kegiatan khusus untuk orang tua.
Parenting.
'Bu, acaranya akan kayak gimana?'
Ya, biasa aja.
'Parenting tuh apa, Bu?'
Parenting : nu pararenting naon wae nya?
elus dada
___
Dengan keterbatasan informasi dan pengalaman, di Sabtu pagi alhamdulillah kegiatan parenting pertama dibuka dengan lancar.
Perkenalan yang dibumbui surprising news dari salah seorang ibu yang baru hamil 6 pekan, juga guyonan tentang jumlah anak yang masih di kisaran 2 dan 3.
Pengisinya adalah seorang dokter gigi yang aktif dalam dunia parenting dan pendidikan, seorang kawan lama yang jarang berjumpa tetapi selalu ada dalam doa.
Di bawah ini, akan ada beberapa kisah, perumpamaan dan poin-poin penting yang bisa saya catat sebagai orang yang berjuang sendirian.
1. Apakah tujuan berumah tangga?
Maka, ingatan itu akan lompat pada suatu masa, ketika laki-laki yang duduk di depan sana menggeleng dengan alasan, bukan tipe orang yang mudah menuliskan suatu rencana.
Orang yang digariskan sebentar untuk memperkuat lembayung pada warna hariku.
Setiap orang yang ingin melakukan perjalanan bersama harus menentukan tujuan sedari awal, tidak bisa tidak.
Ini bukan soal biasa atau tidak biasa. Namun surga harus tergambar nyata beserta arah jalannya, keluarga yang kita bangun akan lewat rute yang mana.
Mereka yang naik pesawat tanpa tujuan, hanya akan terbang tanpa pertimbangan yang matang. Lalu, bagaimana jika bahan bakar pesawat habis? Siapa yang harus diselamatkan dengan parasut?
Semua yang ada dalam pesawat akan menjadi korban.
Begitu pun dalam kehidupan pernikahan, tanpa tujuan, tidak akan ada persiapan apa pun untuk mencapai sesuatu. Berjalan seperti air, menunggu kemana arus akan membawanya saja.
Keluarga macam apa ini?
2. Kondisi pasangan yang tidak terlibat pengasuhan
Setiap kita telah mengikat janji dengan Allah. Baik suami maupun istri, dan kelak ketika bertambah peran menjadi ayah dan ibu. Penilaian akan dilakukan secara perseorangan.
Maka lakukan yang terbaik yang kita bisa, terus sadari peran kita apa. Salah satunya, sebagai ibu yang siap jadi madrasah pertama, kan?
Jangan pernah berharap pada makhluk karena pasti akan kecewa. Terus bersabar saja dengan kondisi yang ada sambil terus mendoakan.
Hargai proses yang terjadi, syukuri setiap kontribusi yang dilakukan pasangan. Selalu ingat bahwa pernikahan adalah ibadah sepanjang hayat, akan lama. Wajar kalau cobaannya akan banyak dan berganti-ganti.
Anggaplah kita seorang aktris yang sedang bermain di sebuah film, kita akan berakting sebaik yang kita bisa agar bisa masuk nominasi pemeran terbaik.
3. Sejak kapan proses pengasuhan membutuhkan 'ilmu tambahan'?
Orang tua kita tidak pernah ikut kelas parenting tetapi bisa sukses membesarkan kita.
Jelas, zamannya kan beda. Asupan informasi yang kita dapatkan dengan yang anak kita dapatkan jelas beda. Kita mau anak kita dididik oleh kita atau diasuh oleh lingkungan?
4. Gadget untuk anak
Apabila anak kita yang masih berusia dini meminta izin untuk pergi keluar negeri sendirian, apakah kita akan mengizinkannya?
Beberapa menjawab tidak dengan alasan khawatir akan keselamatan.
Namun, mengapa kita dengan santainya memberi gadget pada anak dan membiarkannya melanglangbuana sendirian menjelajahi dunia maya?
5. Peran perempuan
Seringkali seorang perempuan merasa perannya hanya satu, padahal seiring usia bertambah. Peran itu bukan berganti, tetapi bertambah.
Apa saja perannya?
a. hamba Allah
b. anak
c. istri
d. ibu
e. bagian dari masyarakat
6. Bagaimana bila pengasuhan kita bersinggungan dengan mertua
Kita tidak bisa memaksa respon orang lain di luar kita agar menjadi sesuai harapan kita, yang bisa kita lakukan mengatur respon kita.
Tidak perlu takut dengan rezeki anak, insyaaAllah sudah dijamin oleh Allah. Yang tidak dijamin adalah gaya hidup kita.
Kalau masih bermasalah juga, cek hubungan kita dengan Allah, dengan pasangan dan dengan ortu/mertua.
7. Tujuan Pengasuhan
Jadikanlah anak kita
- hamba Allah yang berakhlak baik (jangan sekadar terampil beribadah, tetapi tidak paham makna)
- calon suami/istri yang baik
- calon ayah/ibu yang baik
- memiliki bekal ilmu
untuk anak laki-laki harus meniatkan bekerja untuk mencari rezeki yang halal, untuk anak perempuan harus yakin bahwa mendidik anak lebih baik dilakukan sendiri
___
Semoga ada manfaatnya...
Komentar
Posting Komentar