Trio BSS plus si Merah

Sebagai single fighter with two kiddos, rasanya perjalanan bertiga adalah suatu hal yang tak bisa terelakkan.

Bisa terhitung dengan jari bisa berkendara sendirian dan terasa hampa. Dan, setiap yang bertemu pasti akan bertanya, 'anak-anak di mana?'

Apakah bepergian bertiga itu sulit?

Alhamdulillah, Allah yang paling hebat skenarionya. Ketika anak-anak batita, aku masih punya support system, ART baik yang siap menemaniku membelah kota. Dan, ketika akhirnya ART menemukan jalan hidupnya yang lain, aku sudah lebih siap pergi bertiga saja.

Untuk bepergian dalam kota, rasanya sudah terbiasa. Bila kedua anak tidur dan sudah sampai ke lokasi yang dituju. Biasanya aku akan menghubungi tuan rumah atau rekan kerja yang bersinggungan untuk membantuku menggendong salah satu anak.

Untuk bepergian lintas kota, aku tidak pernah pergi bertiga. Pasti minta bantuan nenek atau tantenya agar ikut juga.

Intinya, ketika Allah tahu bahwa aku butuh bantuan, selalu ada orang baik yang Allah kirim untuk membantuku.

Ada satpam yang kuminta menjaga sebentar karena anak yang satu tidur sedangkan yang satu harus ke toilet. Tukang parkir di sekian banyak tempat yang bahkan kalau aku pergi sendiri tanpa mobil dan anak-anak juga ikut nanya, mobilnya kemana, Neng?

Tidak pernah takut pergi bertiga karena sebenarnya tidak pernah hanya benar-benar bertiga, kan?

Bukan berarti, pergi bertiga tidak perlu melakukan persiapan. Persiapan yang baik bisa membuat mood selama perjalanan dapat terjaga.

Persiapan apa saja yang perlu dilakukan?

1. Mental ibu yang kuat

Bapak-bapak (bapakku maksudnya), selalu protes kalau ada anak yang nangis saat nyetir. Kalau aku, jelas nggak bisa protes karena tangisan adalah salah satu slide yang pasti ada dalam setiap perjalanan. Rebutan kursi favorit-lah, mau barang yang dipegang saudara, atau alasan-alasan lain yang kalau lagi waras selalu bikin senyum.

Bismillah, lurusin niat lagi. Setiap ngajak anak ikut ke kegiatan kita kan bukan tanpa misi. Setidaknya anak-anak hafal rutinitas ibunya. Belajar atau ngaji. Setidaknya anak-anak bisa melihat bahwa walaupun sudah ibu-ibu, ibunya tidak pernah berhenti berusaha jadi lebih baik.

2. Ransum yang cukup

Kalau bepergian yang jauh, biasanya kami membeli bekal satu hari sebelumnya. Setiap orang boleh memilih bekalnya sebanyak sekian jenis. Kalau bepergian dekat, bisa mampir ke mini market sebelum ke tempat acara.

Makanan apa yang perlu ada, hm, terserah anak-anak sih. Kalau makanan berat bisa beli di warung atau tempat makan yang dilewati selama perjalanan. Minuman yang harus ada jelas air putih. Pernah beberapa kali menghindari susu karena akan membuat anak harus pergi ke toilet di tengah perjalanan, dan ini mulai menjengkelkan.

3. Jika tempatnya baru pertama dikunjungi, pastikan sudah tahu kondisi medan

Lihat review orang yang sudah pernah berkunjung ke tempat tersebut, pastikan toiletnya terjangkau (karena ananda hampir selalu mampir ke toilet mana pun). Tidak memaksakan anak-anak untuk berlama-lama di tempat yang kurang nyaman untuk mereka.

4. Berdoa sebelum berangkat

Semua persiapan teknis bisa dilakukan, tetapi Sang Pelindung jelas satu-satunya yang selalu bisa jadi tempat menggantungkan harap.

Tidak semua rencana berjalan mulus, kan?

Minta kemudahan sebelum berangkat, minta dilindungi selama perjalanan, minta diberkahi semua perjalanan.

Nggak bisa dapat foto yang bagus ketika jalan-jalan, ya udah nggak papa, yang penting memorinya ada. Nggak dapet materi full ketika pengajian, ya udah nggak papa, nanti kita cari rangkumannya.

Setelah memasrahkan, rasanya lebih santai aja dalam perjalanan, dan terus mencari kebaikan yang bisa diambil dengan kondisi yang ada.

Wah, setelah bikin tips perjalanan, rasanya jadi ingin segera jalan-jalan lagi nih. Kira-kira mau kemana kita?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Harus Kutulis?

Pertemuan kembali

re arrange