Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

100 buku?? bisaaa!!!

Februari 50 buku, tercapai. Maret ceritanya mau bikin targetan dua kali lipat. 100 buku. Mau jual buku apa? Belum kebayang Mau jualannya gimana? Belum punya strategi. Doa aja dulu. Minta sama Allah. Ya Allah, mau dong bisa jadi penjual buku yang jualan bukunya ratusan, bukan puluhan lagi sebulan. Emang sok banget. Jualan baru. Feed ig nggak cantik. Kata-kata marketing seringnya copas doang. Bener-bener penjual newbie. Lihat sana sini. Tanya penjual kawakan sana-sini. Alhamdulillah ketemunya sama senior baik-baik. Nggak ada yang pelit ilmu. Nggak ada yang nutup-nutupin strategi. Nggak ada yang ketakutan di atm alias 'amati tiru modifikasi'. Alhamdulillah. Pembeli yang loyal itu rejeki. Nggak nawarin pasti ikutan beli tiap judul. Dan keyakinan bahwa tiap judul ada jodohnya. Pasti. Tugas kita memperluas pasar aja. Sekarang tanggal 30 Maret. Barakallah shabee_gallery, selamat atas buku ke 103 nya. Masih ada 1 hari lagi. Dan masih mungkin bertambah, kan? Jadi semakin peng...

refleksi 5 bulan jualan

sejak awal, apa niat jualan? iya, ini akan jadi alternatif penghasilan utama. Jaga-jaga bila sumber penghasilan tetap tak bisa diharapkan lagi. Tapi tetap menjadi Bunda, adalah prioritas utama. Maka harusnya, itulah yang utama. Ayo Bunda, buat manajemen yang lebih rapih lagi. Nggak usah ngoyo. Serius. Tapi tidak ambisius. Fokus aja dulu

dia menghilang

aku menganggap ini jawaban dari semua pinta yang terurai setiap sujud berarti memang bukan dia alhamdulillah terasa mudah

mengingat masa itu

Gambar
ketika aku bilang pada perempuan yang selalu menampung tangisanku bahwa aku hamil (lagi), dan kupikir ini akan jadi awal yang baik untuk memperbaiki hubungan kami yang tidak terlalu baik. dia bilang, jadi kamu harus hamil berapa kali lagi untuk menyelesaikan semua masalah yang mungkin akan hadir di depan? aku terdiam, karena memang tak punya jawaban. dia yang sudah hendak pergi tak bisa ditahan hanya dengan test pack bergaris dua, aku tahu itu. dia yang diam di rahimku adalah hadiah terindah. dia datang dan menjadi teman dalam tangis. demi dia aku bertahan untuk tidak sedih, tidak marah, tidak bertindak menuruti ego, tidak bercerita pada siapapun. dan dia, penyejuk mataku hingga kini.

i love batagor so much

Ini postingan random tentang makanan yang paling bisa bikin perasaan tenang, senang dan nyaman. Namanya batagor. Aku bisa tahan liat tukang bakso, tukang mie ayam, tapi agak susah untuk nggak beli batagor. Mulai harga 500-an/pcs yang di pinggir jalan (dan langganan dari SD) sampai batagor di food court mall yang bikin males bayarnya, sudah kucoba. Mau bikin review batagor paling ngangenin, ini mah emang selera masing-masing orang ya.. 1. Batagor Mang Endang Harganya murah meriah, adanya di tusuk sate Jl. Palasari-Cipadung. Belinya harus pagi-pagi karena biasanya setelah itu beliau keliling komplek. Nggak pake ikan alias batagor aci, tapi enaaaaak dan ngangenin. 2. Batagor Terminal Dago Langganan beli pas SMA, sekarang harganya udah naik tapi rasanya masih seenak dulu. Enak dimakan panas-panas. Kalau di sini, aku pilih batagor bukan pangsit. 3. Batagor depan Giant ITENAS Harganya lumayan, tapi rasanya juara. Kalau ada orang yang nanya rekomendasi batagor enak, entah kenapa aku...

(A)

Dia ada dalam mimpiku. mungkin karena aku terlalu berusaha melupakannya, dan menghilangkan pengaruhnya pada pikiranku. Hai, kamu! Yang berani datang lalu membuatku gemetar lama. Tolong jangan datang lagi. Sampai aku selesai dengan rasaku. Sampai aku akhirnya faham bahwa ini bukan hanya perasaan sesaat yang hanya akan timbulkan sesal. Hai, kamu! Maukah menunggu?

facebook on love (1) (2)

Bagaimana aku bertemu buku ini? Aku bertemu dengannya di sebuah instagram milik mba lendy, saat itu mba lendy sedang membuat review nya. Lalu, aku jatuh cinta. Aku mencarinya di internet dan mendapatkannya segera. Bukunya romantis. Aku selalu suka kisah cinta yang berjalan natural. Pada orang yang sudah saling kenal, tapi tidak menyadari perasaan yang ada dalam hati mereka, hingga.. saat mereka menyadarinya, rasanya sudah sedemikian dalam. Pada Dea aku belajar bahwa memaksa diri jadi baik adalah sebuah keharusan. Mereka di luar sana bisa saja membicarakanmu di belakang, mencoba menikammu pelan-pelan, tapi yang bisa kamu lakukan hanyalah menjadi baik, dalam setiap peran. Kadang bahkan aku merasa jadi Dea dalam versi berbeda. Pada Fadli aku belajar menerima masa lalu dan belajar berani berharap akan hal baik yang akan terjadi di masa depan. Setiap kita pernah melakukan kesalahan, kan? Berani melangkah maju, menjadi pribadi baru adalah bukan hal yang mudah. Pada Chandra aku belaja...