mengingat masa itu

ketika aku bilang pada perempuan yang selalu menampung tangisanku bahwa aku hamil (lagi), dan kupikir ini akan jadi awal yang baik untuk memperbaiki hubungan kami yang tidak terlalu baik.

dia bilang, jadi kamu harus hamil berapa kali lagi untuk menyelesaikan semua masalah yang mungkin akan hadir di depan?

aku terdiam, karena memang tak punya jawaban.

dia yang sudah hendak pergi tak bisa ditahan hanya dengan test pack bergaris dua, aku tahu itu.

dia yang diam di rahimku adalah hadiah terindah. dia datang dan menjadi teman dalam tangis.

demi dia aku bertahan untuk tidak sedih, tidak marah, tidak bertindak menuruti ego, tidak bercerita pada siapapun.

dan dia, penyejuk mataku hingga kini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Harus Kutulis?

Pertemuan kembali

re arrange