Judul yang Manis untuk Kisah yang Tragis
Judul : Pada Perhinggaan Hatimu
Penulis : Shabrina WS
Tebal : 37 bab di aplikasi storial
_____________________
Ceritanya unik sejak awal, bagaimana seorang penulis patah hati dengan tokoh utama dalam tulisannya. Mengapa menuliskan sesuatu yang membuat hati sedih, mengapa tidak memilih hal yang membahagiakan saja. Tapi, karena tidak biasa, justru jadi menarik untuk dibaca.
Nina dan Randu, dua orang yang hanya bertemu di dunia maya, hanya saling berbalas pesan bersahut-sahutan tanpa pernah bertemu secara fisik. Intensitas membangun kedekatan secara emosional, dalam artian : saling mengetahui profesi masing-masing dan bisa mengomentari hal-hal yang agak janggal dilakukan oleh orang yang tidak saling kenal cukup lama.
Suatu ketika, Randu bercerita tentang Enjang. Dan, seketika itu juga ada yang sakit di hati Nina. Nina menolak jika itu disebut cemburu.
Cerita Randu terus berlanjut sampai pada pilihannya untuk melamar Enjang, ibu tunggal satu anak yang diajarnya di sekolah. Semuanya ditulis oleh Nina.
Juga tentang Salini, adik Enjang yang masih remaja, yang ternyata salah mengartikan perhatian dan kebaikan Randu.
Cinta segitiga, antara dua kakak beradik dan laki-laki pendatang yang dianggap pahlawan di daerah transmigrasi. Segiempat, jika Nina juga harus dihitung.
Banyak pergulatan hati Nina saat jarak antara ia dan Randu sudah semakin dekat karena Nina mengikuti kegiatan di daerah yang sama tempat Randu membaktikan dirinya.
Apakah Nina berani menemui Randu dan memastikan perasaannya? Apakah Enjang akan menerima lamaran Randu, laki-laki baik yang mengingatkannya pada masa lalu? Apakah Salini akan patah hati melihat dua orang yang ia sayang bersanding di pelaminan?
Datang ke akun storialnya Mbak Bri ya..
____________________
Cerita ketiga Mba Shabrina yang saya baca, setelah Besali dan Meskipun Hujan Masih Turun.
Ketiganya punya tema besar yang sama : cinta diam-diam dan patah hati.
Walaupun, tokohnya jelas beda, latarnya beda dan kisahnya beda. Namun, selalu membuat hati mencelos karena sedih.
Mbak, jangan kau siksa tokohmu (dan pembacamu seperti ini).
Pilihan judulnya manis, tapi kisahnya tragis. Tanpa bermaksud membocorkan akhir ceritanya, adakah yang bisa diharapkan dari seorang lelaki yang terus saja terdengar bersemangat membicarakan nama wanita lain di depannya? Itulah yang dirasakan Nina selama menulis ceritanya.
Dan, tipe laki-laki nggak peka ada di tiga kisah ini. Ya Allah, laki-laki yang tidak peka plus harapan yang patah. Tragis, kan?
Namun, kisah ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Kenapa? Setidaknya ada tiga alasan besar.
1. Diksinya manis, menulis dengan diksi semanis ini jelas membutuhkan pengalaman atau jam terbang yang tinggi. Saya bahkan pernah menghubungi penulisnya hanya karena saya merasa perlu memberitahu dirinya bahwa saya jatuh cinta pada kata-kata dalam ceritanya.
Membaca kisah yang tragis dengan diksi manis setidaknya bisa membuat hati sedikit terobati.
2. Latar tempatnya unik, di daerah transmigrasi di Pulau Borneo. Bukan di kota besar, bukan di perkantoran, bukan di sekolah. Perlu riset mendalam soal tempat cerita, tentang ladang Enjang dan keluarganya, tentang hutan tempat Ayah Enjang tiba-tiba menghilang, tentang Border Aruk, tempat bersinyal yang sering dikejar Randu untuk menghubungi Nina.
Sampai-sampai saya jadi berkaca pada latar tempat beberapa cerita yang pernah saya buat. Kota tempat saya tinggal, sekolah masa kecil, dan kampung halaman yang saya gambarkan dengan sangat terbatas karena saya sendiri lupa-lupa ingat bagaimana keadaan wilayahnya.
Membaca kisah ini, membuat saya ingin datang ke Pulau Borneo.
3. Kisah cinta yang tidak biasa
Dalam novel tentang cinta, biasanya kedua tokoh utama akan hidup bahagia selama-lamanya. Namun, saya jadi bertanya-tanya, oh tokoh utamanya mereka ya? hehe..
Cinta bukan hanya soal rupa. Enjang digambarkan bukan sebagai gadis cantik yang masih muda belia. Ia janda satu anak yang turun ke ladang untuk bekerja keras. Dan, bisa membuat Randu jatuh cinta bahkan tetap berusaha untuk melamar Enjang lagi walau sempat ditolak di kali pertama.
Jadi, karakter tokoh dalam suatu cerita tidak harus sempurna, cantik, tinggi, langsing dan berkulit putih. Asal karakternya digambarkan dengan kuat, pembaca akan mudah membayangkan tokohnya dengan mudah.
Dan, setiap tokoh berhak bahagia, kan?
Bahagia dengan versinya sendiri-sendiri
Seperti saya, yang bahagia hingga akhir cerita. So, selamat membaca ceritanya juga ya..
Komentar
Posting Komentar