What a Special Novel!

Judul : Hana, Menemukan Saat Ditinggalkan
Penulis : Santy Diliana
Tebal : 182 halaman
_______________
Novel ini bergenre teens romance Islami, mirip dengan novel yang booming (di hati penulis resensi 😁) belasan tahun lalu.

Kisahnya begitu dekat dengan sebuah kisah kehidupan artis masa kini yang kadang membuat pembaca menduga-duga apakah ini terinspirasi dari kisah nyata.

Tokoh Hana, digambarkan begitu khas dengan remaja kebanyakan yang cantik, gaul dan punya kehidupan yang kadang membuat iri banyak orang. Setidaknya, kehidupan sebelum ibunya membuat keputusan besar yang mengubah seluruh hidupnya.

Salut pada Hana yang berani untuk menghadapi masalahnya, di saat banyak fenomena artis yang memilih mengakhiri hidupnya karena merasa hidup terlalu berat. Apalagi ada Alan, yang menemukan dirinya di titik terendah lalu membuatnya memiliki harapan baru.

Yup, kisah romansa Alan dan Hana menghiasi hampir seluruh bagian novelnya dengan hangat. Pertemuan mereka yang unik, bertemu kembali untuk saling mengenal, bagaimana keduanya mencoba menjaga hati hingga Hana akhirnya menemukan yang selama ini ia cari dalam hidupnya.

Kisah ini seperti embun di kekeringan novel remaja Islami, walau ada beberapa istilah yang kadang memang hanya khas terdengar di keluarga remaja masjid. Namun, justru hal ini 'memberi tanda' bahwa memang di sanalah 'kebanyakan' cahaya bermula.

Kekurangannya adalah : kisahnya kurang panjang (pembaca mah suka gitu ya, padahal penulis sudah apik merencanakan alur dan outline), rasanya masih ingin mendengar kisah Hana dan Alan di bangku SMA.

Buat yang punya anak, adik, keponakan yang masih berusia remaja. Novel ini sangat layak dibaca. Banyak quote cantik yang bisa bikin jleb di sepanjang cerita.

Dan, quote yang paling oke menurut saya adalah...

Ada yang bisa menebak kira-kira ini dialognya siapa?
_________
Well, sebagai seseorang yang mendapat jalan hidayah via kisah fiksi islami berbelas-belas tahun yang lalu (Ya Allah, semoga hidayah itu terus kugenggam selamanya), kisah ini jelas seperti nostalgia. Pada novel-novel Asma Nadia, Afifah Afra, dan puluhan novel dengan judul cinta yang pernah memenuhi rak buku di rumah.

Sudah sekian lama, menunggu lagi kisah yang dekat dengan keseharian remaja tapi bisa penuh dengan tuntunan yang bukan tuntutan. Sebab, biasanya kisah yang ada mengambil lokasi di kampus yang notabene tokohnya sudah berstatus dewasa muda. 

Padahal, masa-masa paling indah kan pasti di sekolah. Banyak hal yang jadi pengalaman pertama, menyukai seseorang, menghadapi masalah yang cukup pelik dengan teman hingga mungkin menemukan arti hidup yang sebenarnya.

Membaca Hana seolah diajak kembali ke masa SMA dan reuni dengan masa lalu. Dengan deretan nama yang dicintai dalam diam (atau bahkan terang-terangan), kles dengan sebagian teman yang berujung fitnah hingga akhirnya proses meraih mimpi.

Remaja kita, banyak yang sudah tidak menyentuh buku fisik, karena banyak aplikasi daring tempat mereka bisa membaca kisah yang variatif dengan gratis. Namun, kisah yang banyak ditawarkan justru kisah yang kadang tidak sesuai dengan ajaran agama dan kearifan Indonesia. 

Pergaulan yang cukup bebas, kehidupan glamour khas remaja Barat yang banyak terinspirasi dari film atau musik-musik yang banyak digandrungi.

Beberapa orangtua jadi khawatir dengan bacaan anak, apalagi yang berbau romansa. Padahal, remaja pasti mengalami masa pubertas dan jatuh cinta. Mengenalkan mereka tentang bagaimana mengelola rasa akan jauh lebih tepat dibanding mengekang mereka mengetahui realita yang akan mereka hadapi, lalu membiarkan mereka meraba-raba sendiri bagaimana cara merespon kondisi yang tiba-tiba ada di depan mereka.

Mba Penulis, aku padamu!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Harus Kutulis?

Pertemuan kembali

re arrange