Luka Pengasuhan, Adakah?
Judul : Membasuh Luka Pengasuhan
Penulis : Ulim A Saif, Febrianti Almeera
Penerbit : Strong from Home Publishing
Tebal : 218 halaman
Buku ini berisi perjalanan Kang Ulum dan Teh Feb selama proses pernikahan, yang terkait dengan pengasuhan.
Sebagai penjual buku parenting, di awal proses marketing buku ini sempat sedikit membuat gaduh. Kesamaan judul dengan salah satu judul pelatihan yang dimiliki oleh praktisi lain sempat menimbulkan kecurigaan, isinya akan seperti apa. Dan, setelah dibaca, ternyata buku ini adalah himpunan hikmah yang diikat oleh Kang Ulum dan Teh Feb selama berusaha mengenali diri dan belajar dengan banyak guru. Jadi, buku ini adalah murni hasil belajar kedua penulisnya.
Benarlah bahwa hikmah yang ditulis akan membuat manfaatnya menyebar hingga ke pelosok negeri bahkan lintas generasi.
Bukunya berisi enam bab, diawali dengan strong why, mempertanyakan mengapa membasuh luka pengasuhan. Sebab, banyak orang menyangka, cara pengasuhan yang kurang baik di masa lalu harusnya diterima (saja) sebagai takdir dan tidak perlu diungkit-ungkit. Padahal, banyak hal buruk yang bisa terjadi.
Lalu, bab kedua menjelaskan apa yang dimaksud dengan luka pengasuhan. Apa mungkin orang tua ada yang bisa melukai anaknya? Bukankah cinta orang tua itu tanpa batas?
Kedua bab ini ditulis dalam dua sudut pandang, yakni sudut pandang emosi dan sudut pandang qurani.
Bab ketiga tentang beberapa kisah orang yang berusaha membasuh luka mereka. Kisah yang paling kusuka adalah kisah ketiga tentang seorang anak yang begitu kuatnya menjadi penyembuh luka bagi dirinya lalu menjadi solusi nyata bagi keutuhan keluarganya.
Bab keempat tentang cara membasuh luka dalam dua pendekatan, yaitu terapi DEPTH dan tazkiyatunnafs.
Bab kelima adalah saatnya praktik dan menjadi pembasuh luka orang-orang tersayang di sekitar kita.
Terakhir, adalah setelah proses penyembuhan apa yang akan kita hadapi?
________
Membaca buku ini, mulai rajin untuk membuat catatan kecil di tiap halaman yang berkesan, dengan maksud agar mudah menarik kembali hikmah yang didapat kala membacanya.
Bukunya lumayan asyik dibaca, mudah dipahami dan karena diambil dari pengalaman pribadi, rasanya seperti diceritakan langsung oleh penulisnya.
Buku yang tepat dibaca di waktu yang tepat, karena kita bukan hanya korban, kita bisa jadi pelaku yang juga menimbulkan luka di hati anak. Saat birrul walidain diuji, juga saatnya madrasatul 'ula dibuktikan.
Kekurangannya, hanya dari tampilan yang kurang rapih. Entah mengapa tulisan tidak rata kanan-kiri sehingga rasanya kurang nyaman saat membaca, seolah-olah membaca draft tulisan yang belum disunting.
Dari awal, saya mengikuti kehidupan rumah tangga mereka. Mulai dari pernikahan, kehamilan dan kelahiran anak pertama, dan sekarang ketika menanti anak kedua.
Dulu mengikuti Teh Feb duluan karena adik pernah ikut kegiatannya.
Dan, karena ikut menjualkan buku, akhirnya bisa ketemu langsung dengan penulis bukunya. Melihat betapa pasangan muda ini tetap sederhana dan ramah menemui banyak orang.
Pasangan yang sempurna, kalau tidak baca kisah awal di buku ini, rasanya tidak pernah membayangkan bahwa Teh Feb bisa marah seperti itu.
Selamat ya, Teh Feb dan Kang Ulum. Telah bisa mengambil hikmah dari kejadian dan membagikan hikmah tanpa takut menjadi cela.
Maka, yang merasa ingin membasuh luka pengasuhan. Buku ini layak dimiliki dan dibaca berulang kali.
Komentar
Posting Komentar