Belajar tentang Pernikahan dari @hawaariyyun dan @denaahaura
Berawal dari sebuah grup jualan yang suka ngegodain anggotanya yang masih single, dan di hari itu tersebutlah chat-chat unik yang entah mengapa terbaca dan membuat penasaran.(ya, karena chat di grup ini banyak, bertumpuk, dan jarang dibaca kecuali sedang cerita produk)
Dialog ini hanya candaan beberapa orang yang kedekatan emosinya sudah rekat, tapi karena dibahas akhirnya jadi penasaran. Siapa yang nikah? Kenapa katanya banyak yang patah hati? Emang nikahnya sama siapa?
Dan, sampailah aku pada dua akun instagram yang kutulis di judul.
Keduanya adalah selebgram, dilihat dari followernya yang udah pake hitungan K. Keduanya masih sangat muda, yang ikhwan pernah liat beberapa kali saat beliau membahas tema tertentu, yang akhowatnya pertama kali lihat karena pernikahan ini.
So, apa yang kupelajari dari keduanya?
Di awal pernikahan, mereka membuat sebuah video pendek mengenai alasan memilih pasangan. Beberapa kali mau dengerin, tapi kondisi belum memungkinkan, anak-anak masih bangun dan banyak tanya. Akhirnya bisa dengerin semalem, daan ternyata ada dua versi, ya versi suami dan versi istri.
Entah mengapa, aku lebih suka versi Dena daripada versi Alfa-Hawaariyyun ini.
Mengapa kamu?
Karena aku punya tiga kriteria suami(kata Dena) : basic pengetahuan Islamnya lebih tinggi, bisa diajak berdiskusi dan sudah menorehkah tintanya di ranah dakwah.
Sampai di bagian ini rasanya banggaaa banget ngedenger ada seorang akhowat, selebgram, masih muda, dan kriteria suami idamannya tuh kayak gini.
Mengapa kamu?
Karena dia punya visi yang sama kayak aku (kata Alfa). Lalu, meluncurlah kisah tentang kotak infaq pembangunan masjid dan kotak infaq program masjid.
Mana yang lebih menarik untuk diisi? Mana yang sebenarnya lebih penting?
Infaq pembangunan masjid itu biasanya berlimpah, padahal kegiatan yang diadakan untuk memakmurkan masjid itu jauh lebih penting.
Jangan sampai kayak masjid di Turki sana yang secara arsitektur cantik luar biasa, tetapi isinya alias jamaahnya nggak ada bahkan pas solat wajib.
Deg.
Sampai di sini aja, aku tuh ngerasanya, mereka memang layak berjodoh. Udah gitu aja.
Jadi, pelajarannya apa?
1. Dena ini sudah berkata pada ayahnya sejak lama bahwa ia ingin menikah muda. Berarti hubungan dengan keluarganya hangat, obrolan tentang pernikahan mudah sekali dibahas. (Kebayang waktu aku mau bilang bahwa aku mau nikah pusingnya kayak gimana karena nggak terbiasa ngobrol, apalagi ngobrol pernikahan).
Niat di usia 19, dan menikah di usia 21.
Kalo kata Dena, sebaiknya memang obrolan tentang pernikahan ini dicicil sejak sebelum jodohnya datang.
2. Masih kata Dena, sejak ia memutuskan untuk menikah muda. Maka, ia justru disibukkan dengan hal-hal yang menunjang kesiapannya.
Versi Dena : berkunjung dan bertanya banyak hal pada teman-teman atau guru-guru yang sudah menikah (kelihatan banget di sini Dena memang sangat suka berdiskusi alias smart)
Versi Alfa : mengukur dengan empat timbangan dasar.
- persiapan fisik : sudah baligh
- persiapan tsaqofah : keilmuan
- persiapan emosi : cara berkomunikasi, cara menghadapi orang yang jelas berbeda dari kita. Bahkan di bagian ini Alfa sampai membahas bahwa persiapan ini adalah salah satu yang jarang diungkit tapi menjadi penyebab terbesar dalam cekcok rumah tangga.
- persiapan materi : bukan berpenghasilan tetap, tetapi tetap berpenghasilan
3. Pernikahan adalah penggabungan dua visi pribadi. Dua orang yang visinya sama, insyaaAllah akan bertemu dengan cara yang Allah takdirkan. Maka, perkuat saja visi, jalankan saja misi yang bisa dijalankan sendirian. Di titik mana Allah menetapkan pertemuan di waktu terbaik menurut-Nya, kalian pasti bertemu.
Diceritakan juga bahwa pertemuan pertama mereka adalah di direct message instagram. Bukan karena saling kepo, tetapi karena yang satu mengkritisi cara dakwah yang lain. Dan, diskusinya pun tidak berlanjut.
Dan, ternyata justru diperkenalkan di kemudian hari oleh sepasang suami istri yang merasa mereka tuh akan jauh lebih bermanfaat untuk dakwah jika bersama.
4. Terikat oleh visi akan jauh lebih kuat daripada hanya terikat oleh rasa.
Jatuh cinta lalu menikah atau menikah lalu terus membangun cinta karena-Nya.
Keduanya baik, yang pertama adalah bentuk penjagaan diri, yang kedua adalah bentuk penghambaan diri alias ibadah sepanjang hayat.
Pengennya poinnya ganjil, tapi kok jadinya maksa...hehe..
Itulah empat hal yang bisa kupelajari dari pernikahan sepasang mujahid-mujahidah dakwah muda. Ya, tidak perlu melihat siapa yang berbicara, kan?
Bahkan yang jauh lebih muda dari kita, bisa memberikan pelajaran yang berharga.
Selamat mempersiapkan diri.
p.s
link igtv keduanya kutitipkan di sini ya
versi Dena :
https://www.instagram.com/tv/B9RW-vkl970/?igshid=5ye5mn02961m
versi Hawaariyyun :
https://www.instagram.com/tv/B9Qd4ypFD8h/?igshid=1ibb8e1txkrzo
Komentar
Posting Komentar