Ternyata Dia

Sepekan sudah si anak 7 tahun itu sekolah. Di hari Senin dan Jumat, alhamdulillah bundanya diberikan keluangan untuk mengantar dan menjemput.

Hari pertama, seperti anjuran pemerintah, antarkan anak sampai ke kelas.

Abang juga sudah diantar sampai ke aula besar yang menjadi kelas sementaranya, tetapi tiba-tiba...

Abang mulai bersembunyi di belakang punggung Bunda, lalu mulai menangis ketika Bunda izin mau pulang dulu dan kembali menjemputnya ketika jam pulang nanti.

Kaget? Jelas kaget, Abang yang Bunda kenal adalah Abang yang pemberani, yang setiap datang ke tempat umum selalu bertemu dengan teman baru dan berkenalan. Sampai-sampai adiknya mengeluh, kenapa ya, Bun, Abang mah banyak temennya.

Beberapa bujukan, rayuan bahkan ancaman akhirnya keluar dari mulut Bunda.

Bang, kupikir kita sama-sama memilih untuk ini, atau masih aku yang memaksakan pilihan ini untukmu, ya?

Anehnya, ketika Bunda pulang, Bunda mendapat kabar dari kakak fasilitator bahwa Abang sama sekali tidak bermasalah. Abang tidak menangis, tidak meminta pulang, tidak sendirian alias bermain bersama teman. Bahkan beberapa kali Bunda kesusahan untuk mengajak Abang pulang.

Abang masih mau main pasir, Bun.
Abang mah pulangnya jam 2, Bun.

Bukan itu saja, Abang selalu menceritakan cerita bahagia (Bunda bilang begini karena tanpa Bunda minta, Abang menceritakan kejadian-kejadian unik di sekolah).

Hari ini Abang main balap karung.
Hari ini trekking ke taman yang belok ke kanan itu lho.

Bahkan Abang sudah bisa menyebutkan nama temannya.

Bun, masa tadi Jendra tidur di panggung.
Pas lagi main tembak-tembakan kok tiba-tiba dia jatoh di lantai dan nggak bangun-bangun. Eh taunya tidur.

Jadi, kenapa, Bang?
Kenapa setiap diantar ke sekolah Abang selalu menangis. Sampai saat ini, Bunda masih mencari penyebabnya.

Beberapa teman akhirnya menyadarkan bahwa Abang bukan hanya berperilaku seperti itu ketika mau sekolah saja. Hampir di setiap perpisahan kami, Abang akan selalu menangis. Sampai-sampai harus selalu ada 'mellow drama'  di setiap episodenya.
_____

Separation Anxiety Disorder.
Kelainan yang dialami anak yang ditunjukkan dengan sikap histeris ketika mau berpisah dengan orang yang dia sayangi.

Anak-anak yang baru masuk sekolah biasanya memang harus menghadapi masa adaptasi dengan lingkungan, teman dan kondisi yang berbeda. Namun, bila sudah terbiasa seharusnya kecemasan itu hilang.

Anak akan semakin takut berpisah jika pada proses 'melepas' anak ke sekolah ada cara-cara yang salah yang dilakukan orang tua, seperti berbohong.

Orang tua mungkin punya berbagai alasan untuk 'pergi sebentar lalu segera kembali' tetapi ternyata tidak ditepati.

Kebohongan ini akhirnya 'dipelajari' oleh anak, dan semakin membuatnya tidak percaya jika orang tuanya meminta sesuatu.
____
Bunda sempat membaca penjelasan itu di salah satu laman pengasuhan daring, Bang.

Seingat Bunda, Bunda nggak pernah bohong sama Abang. Kalau ada permintaan Abang yang sulit Bunda penuhi, Bunda akan bilang kita usahakan dulu ya, tidak pernah menjanjikan dulu.

Dan Abang juga tidak histeris. Abang bisa bermain bareng teman dan ikut kegiatan dengan baik.

Bunda berharap Abang tidak mengalami kelainan ini.

Mungkin Abang memang butuh waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri ya, bahwa kita harus berpisah raga selama beberapa jam saja.

Mungkin Bunda butuh waktu untuk menyiapkan diri lebih awal, sehingga Abang bisa lebih 'lapang' untuk ditinggal.

Mungkin kita memang butuh waktu lagi untuk saling menyampaikan keinginan. Abang maunya gimana, Bunda bisanya bantu apa.

Semoga pekan depan sudah ada solusi yang baik untuk ini.

#tantanganforsen_3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang Harus Kutulis?

Pertemuan kembali

Day 2 : Tema Blog yang Paling Disukai