Kelas Kakak Kreatif
Alhamdulillah, di tahun ajaran baru ini, masih dikasih kesempatan main bareng batuta alias bawah tujuh tahun. Kelas paling 'tua' plus paling banyak tuntutan.
'Bun, harapannya sih anak bisa calistung ya setelah lulus'
Nah, kira-kira kalimat seperti inilah yang paling banyak dilayangkan pada kami.
Dan, aku bukan tipe yang terburu-buru.
Kali ini, murid sekelas ada 11 orang dan masih mungkin bertambah sampai penutupan pendaftaran akhir bulan depan.
Ada 5 orang anak lanjutan dari kelas A, sisanya anak baru. Namun bagiku, hampir seluruhnya anak baru alias baru kali ini kupegang dalam kelas.
Beberapa anak memiliki 'keunikan berbicara'. Unik karena aku belum bisa bilang apakah ini keterlambatan atau hanya kurang stimulus saja.
Ada yang cadel huruf r, s. Mungkin karena usia, tetapi bisa juga bukan. Bagiku ini penting dalam proses calistung. Anak yang belum bisa melafalkan huruf dengan tepat pasti akan sulit melafalkan kata sesuai simbolnya.
susu dibaca cucu
era dibaca ela
Terdengar imut ketika dibaca oleh mereka, tetapi lama kelamaan kasihan juga kan ya, kalau tidak diluruskan?
Namun, aku juga bukan terapis untuk ini. Maka mencari ilmu baru tentang ini adalah sebuah keharusan. Anak-anak ini 'dititipkan' padaku, maka sudah barang tentu aku harus menyediakan ilmu tentang tumbuh kembang yang optimal.
Bukankah sebagai guru sekalipun, kita tidak boleh berhenti belajar, kan?
____
Baru sepekan aku menemani mereka belajar, dan aku sedikit banyak bisa mengetahui sifat-sifat mereka.
Ada yang doyan melucu ketika berbincang, tetapi selalu serius ketika berkegiatan. Dulu, kakaknya yang sekarang sudah SMP juga muridku di PAUD (jangan menghitung perkiraan usiaku ya, hehe...)
Ada yang diwanti-wanti orang tuanya untuk tidak bermain kotor-kotoran, sehingga selalu memilih permainan role play koki di sebuah kafe. Membawa buku menu dan menawarkan kami -para guru- ingin memesan apa.
Ada yang selalu ingin melakukan hal yang dilakukan temannya, karena dianggapnya bagus (atau benar?).
Semua sikap mereka, yang banyak mengundang tawa adalah salah satu bentuk hiburan bagiku. Istilah bekennya 'me time'.
Selama beberapa jam saja, aku tidak bersama anak-anak kandungku, karena mereka ada di kelas yang berbeda.
Mungkin ada benarnya juga bahwa bermain bersama anak-anak itu bisa membuat kita awet muda. Bersama anak-anak pikiran kita dipaksa menjadi sesederhana pikiran mereka.
Marah, tidak perlu berkepanjangan.
Sedih, cukup sebentar saja.
Sungguh sejatinya, bukan mereka yang belajar dari kami sebagai gurunya. Sebaliknya, justru kami yang banyak belajar dari mereka.
___
Setahun saja, waktu yang diberikan pada kami untuk membersamai mereka.
Sesuai dengan misi sekolah kami, menyediakan kegiatan belajar yang berkesan sesuai usianya. Kami para guru memutar otak agar harapan orang tua di awal tulisan ini bisa kami wujudkan melalui hal yang menyenangkan.
Misalnya saja, pada hari Senin besok, kami akan berkelana bersama Tantan (tokoh pengantar kegiatan di sekolah, seekor orangutan) di dalam hutan huruf vokal. Setelah menemukan buah huruf/hewan huruf, anak-anak diminta untuk menuliskan huruf tersebut di buku mereka.
Setelah itu mereka akan diminta untuk mengambil sebuah buku yang mereka sukai dan membuka halaman yang gambarnya paling bagus (menurut mereka). Mereka diminta untuk mencari lagi huruf yang sama dengan huruf yang mereka tulis tadi.
Lalu, mereka mencari gambar hewan yang berhuruf depan sama dengan huruf vokal.
Apakah mereka akan menyukai kegiatan itu? Semoga saja ya.
Sampai bertemu besok ya, Kakak-kakak kreatif.
#TantanganForsen_7
Komentar
Posting Komentar