Belajar (Tidak) Memiliki
Ini kisah tentang seorang ibu yang hampir 24 jam bersama anak-anaknya. Dua puluh empat jam, tanpa jeda.
Kebiasaan untuk marah, cuek, repot sudah menjadi rutinitas keseharian yang rasanya akan terus dinikmati hingga menjelang mereka baligh.
Mereka hampir mengisi seluruh waktu sang ibu, sampai-sampai sang ibu lupa bahwa...
Anak-anak ini hanya titipan. Dari Allah yang dititipkan sebentar pada rahimnya, lalu hanya menyusu padanya dua tahun saja.
Yang lupa ia sadari bahwa titipan itu...tidak selamanya.
Ali Imron : 14-15
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis eras, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga).
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Mahamelihat akan hamba-hamba-Nya.
--
Dan Allah selalu punya cara, agar hamba-Nya, salah satunya sang ibu, untuk mengerti bahwa Dia adalah sebenar-benar cinta yang abadi.
50 jam pertama yang begitu menyiksa, hanya karena tak terbiasa. Khawatir, takut dan pikiran-pikiran yang membuat hati tak tenang. Anak-anak lagi apa ya?
Padahal mereka hanya pergi sama ayahnya, ke rumah keluarga barunya.
Itulah rasa cinta yang Allah berikan pada seorang ibu untuk anak-anaknya, tetapi pada firman-Nya, Allah tegaskan itu hanya kesenangan dunia.
D.U.N.I.A.
Setelah itu, Ia langsung menawarkan tawaran yang lebih baik dari semua itu, khusus untuk orang-orang yang bertakwa.
Itulah S.U.R.G.A.
Sang ibu tersadar, selama ini ia terlalu cinta pada kedua anaknya sampai-sampai terlupa bahwa, Allah-lah yang paling layak dicinta dengan cinta terbaik dan tertinggi.
Dan cinta itu diuji saat kau mulai mendeklarasikannya.
Allah, Yang Mahatahu letak lemahku, Yang Maha Melihat semua laku-ku.
Aku bukan mengejar takwa hanya semata karena ingin layak menjadi ibu terbaik untuk anak-anakku.
Aku mengejar takwa, karena aku cinta. Pada-Mu, tentu saja.
Dan aku percaya, tak pernah ada kecewa dalam pengharapan pada-Mu.
Maka, kumohon penjagaan dan pengawasan terbaik bagi mereka yang jauh di sana. Tolong sampaikan pada mereka sang ibu mencintai mereka karena Allah.
Bandung, 11 Juni 2019
Komentar
Posting Komentar