Pembeli Istimewa


Bila Anda adalah seorang ibu dengan anak balita, apakah hal yang paling Anda inginkan ketika membeli buku secara online? Gratis ongkos kirim? Diskon dari harga normal? Bonus yang berlimpah?
                Kali ini, saya akan menceritakan kisah seorang penjual buku online yang bertemu dengan pembeli istimewanya. Selamat membaca.
***
                Daftar nama calon pembeli dan daerah tempat tinggalnya masih terus saja bertambah pada kolom komentar facebook-nya. Untuk pembeli di daerah Jawa, tampak beberapa penjual saling adu cepat untuk ‘menjaring’ pelanggan. Penawaran gratis ongkos kirim, diskon untuk pembelian lebih dari satu. Semuanya ditawarkan supaya penjualan makin naik.
                Buku ini memang booming sekali. Dalam waktu hanya sepuluh hari sudah mencapai penjualan lebih dari lima ribu eksemplar. Baik penulis, penerbit maupun para penjual buku tidak ada yang menyangka bahwa buku ini akan laris manis.
                Termasuk juga Fira, seorang penjual pemula asal kota kembang. Ia biasanya hanya mengambil batas minimal penjualan dengan diskon maksimal yang ia bisa. Untuk kali ini, ia sudah melampaui batas dirinya. Ia sudah mengumpulkan enam puluh pembeli bukunya.
                Enam puluh dan tanpa stok. Semuanya sudah ada pembelinya.
                Fira masih belum hilang semangat. Waktu pemesanan buku memang sudah berakhir, namun masih banyak peminat buku yang belum terakomodir. Fira memandangi daftar di layar laptopnya, Jambi, Duri, Papua dan Batulicin.
                Batulicin? Fira mengerenyitkan keningnya. Ia berpikir keras, Batulicin kira-kira ada di sebelah mana ya. Ia pun mengarahkan kursornya, membuka website untuk mengecek alamat dan mengecek kemungkinan ongkos kirimnya. Batulicin, Kalimantan. Ongkos kirim 50.000 dari kotanya.
                Fira agak ragu mengambil pelanggan yang ini. Harga bukunya bahkan tidak beda jauh dari ongkos kirimnya. Mungkin pembelinya juga akan menolak penawarannya. Tetapi, entah mengapa tangan Fira tergerak untuk mencatat nomor ponsel yang diberikan oleh pelanggan itu. Susan 0857xxxxxxxx.
                [Assalamu’alaikum, saya Fira marketer buku anak dari Bandung, apakah sudah ada marketer lain yang menawarkan pembelian buku yang Mba inginkan]. Ceklis dua. Biru. Berarti sudah dibaca.
                Fira pun tidak menunggu balasan, karena ia segera menghubungi nomor-nomor lainnya yang wilayahnya dekat dengannya. Ia baru tersadar ketika menyelesaikan semua penawarannya.
                [Alhamdulillah, akhirnya ada yang merespon. Belum ada, Mba. Saya beli dari Mba saja ya]. Balasan dari Mba Susan.
                Deg, Fira terkejut. Baru kali ini ia melihat pelanggan yang memberi respon positif dengan cepat. Ia teringat sesuatu.
                [Ongkos kirim dari kota saya sampai ke rumah Mba, Rp. 50.000, saya hanya bisa kasih subsidi maksimal sepuluh ribu. Apa tidak apa-apa?]
                [Tidak apa-apa, Mba. Wajar karena memang lokasi saya jauh. Terima kasih sudah mau memberikan subsidi ongkir]
                Fira tersenyum lagi, namun ia masih punya penawaran lain yang menurutnya akan bisa lebih meringankan Mba Susan.
                [Mba, kalau boleh saya menyarankan, Mba bisa melakukan pembelian di atas satu buku, supaya bisa jauh lebih hemat. Bisa intip di instagram saya di @xxxxx]
                [Baik, Mba. Nanti saya lihat dulu]
                ***
                Fira membaca ulang percakapannya dengan Mba Susan. Ia masih belum mempercayai kemudahan yang Allah berikan padanya lewat pembelinya yang satu ini.
                Mba Susan memborong empat judul buku yang Fira jual. Segera membayar dan mengirimkan bukti transfer ketika Fira memberikan jumlah total pembelian dan nomor rekeningnya. Juga mau bersabar karena buku pertama yang Mba Susan inginkan baru akan siap kirim bulan selanjutnya.
                Fira pernah menemui pembeli yang minta diskon maksimal padahal hanya beli satu buku, pernah juga yang memaksa ingin mengambil bukunya ke rumah, karena tidak mau membayar ongkos kirim. Pernah juga mendapat pelanggan yang membisu setelah Fira memberi nomor rekening untuk transfer buku. Yang paling membuat resah, pelanggan yang terus saja merongrong kapan bukunya akan dikirim padahal sudah diberi penjelasan di awal bahwa buku baru akan siap bulan selanjutnya.
Ternyata masih ada orang seperti Mba Susan, yang mau merespon dengan cepat, yang rela mengeluarkan kocek untuk buku dengan ongkos kirim yang lumayan dan tidak neko-neko.
                Fira menjadi penjual yang lebih optimis sekarang. Ia kembali kepada niat awalnya berjualan buku online, untuk membantu banyak orang yang kesulitan mendapatkan buku bergizi dengan mudah. Insyaa Allah, masih banyak orang yang percaya bahwa kecintaan anak pada buku harus dipupuk dari kecil. Seperti yang Fira jadikan slogan toko buku online-nya. Raising a Reader, Raising a Leader.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

re arrange

Pertemuan kembali

Day 2 : Tema Blog yang Paling Disukai