Lebaran Pertama Abang


              Bagi seorang anak yang berusia enam tahun, Ramadhan akan menjadi bulan pembelajaran yang menarik. Banyak hal baru yang harus ia lakukan secara bersamaan, shaum, shalat tarawih, sahur, itikaf, sedekah, dan lain-lain. Begitu juga dengan Abang, anak sulungku yang tahun ini memulai shaum Ramadhan dengan lebih serius.
                Berbagai persiapan sudah dilakukan olehku agar pengalaman pertamanya bisa memberikan kesan baik dalam hatinya. Persiapan kegiatan pengisi Ramadhan, lembar worksheet untuk menunggu waktu berbuka, makanan untuk sahur dan berbuka, juga alat sholat baru.
                Ramadhan sudah dilewati dengan baik, berbagai amalan yang ditargetkan bisa dicapai. Hingga sampailah di penghujungnya, lebaran.
                Kesan lebaran untukku? Bertemu dengan banyak saudara dari bapak dan ibu, mulai dari om, tante, sepupu, sepupu dua kali, bahkan sampai cucu dalam satu hari yang sama. Membingungkan sekaligus menyenangkan.
                Aku bukan penghafal nama yang baik, namun aku mampu mengingat wajah orang yang pernah kutemui. Bersalaman, inginnya tidak bersentuhan, tetapi beberapa dari mereka malah sengaja mendekatkan tangan mereka ke arahku.
                Kesan apa yang akan berusaha kutanamkan pada Abang? Berikut tiga hal yang kupilih untuk lebaran pertama abang.
                Yang pertama, saat lebaran, maka setiap insan akan kembali menjadi fitri. Semua orang akan saling meminta maaf dan memaafkan. Lalu, apa pendapat Abang?
                “Tapi, Abang nggak mau maafin Bunda. Bunda mah sering marah-marah sama Abang,” ujar Abang di malam lebaran.
                Sedih ya? Untuk kesan pertama saja, aku gagal di tahap pertama. Namun, ketika melihat orang dewasa di sekitarnya saling berpelukan sambil menangis sepulang salat idul fitri. Ia lalu mendekatiku, memintaku menunduk lalu memeluknya. Saling meminta maaf atas apa yang membuat kami saling marah pada yang lain.
                Lebaran ini salah satu saat yang tepat untuk bermaafan. He got it.
                Kesan kedua tentang lebaran yang berusaha kutanamkan pada Abang adalah lebaran adalah saat silaturrahim. Hampir semua instansi di negara kita akan libur panjang ketika lebaran tiba. Maka, semua keluarga bisa saling bertemu, berkumpul, mengobrol dan melakukan hal-hal menarik lainnya.
                Lebaran kali ini, rumah nenek di Bandung menjadi tuan rumah. Orang Jakarta mulai dari Sunter sampai Kemayoran datang ke Bandung.
                Abang yang supel mudah bermain dengan saudara-saudara yang baru ditemuinya. Lebih mudah dari yang kubayangkan. Ketika orang dewasa masih saja terhalang gengsi untuk memulai obrolan akibat hal-hal yang pernah terjadi di masa lalu, anak kecil lebih mudah memulai berinteraksi kembali walaupun beberapa menit yang lalu mereka mungkin berebutan mainan.
                Abang berusaha memahami arti sepupu, berusaha mengerti mengapa sekarang jumlah nenek-kakeknya bisa menjadi belasan, jumlah om-tantenya bisa menjadi puluhan. Abang belajar bahwa saudaranya ada yang menggunakan bahasa berbeda dalam obrolan sehari-hari dan bisa jadi tidak kami mengerti.
                Abang juga mendapatkan uang angpau dari beberapa neneknya. Mau tahu apa kesan Abang ketika mendapatkan angpau? Ia menghitung berapa jumlah lembar uangnya, bukan jumlah nominalnya. Delapan lembar katanya.
                Sambil mengibas-ngibaskan uangnya ia berteriak, “Yee..uangnya buat bayar hutang..”.
                Dan semua mata yang ada di ruangan itu langsung menoleh ke arahku untuk memastikan apa maksud perkataan Abang. Aku jadi salah tingkah dan membalas semua tatapan itu dengan senyum.
                Dari semua proses silaturrahim ini, Abang paling menyukai proses makan bersama. Melihat makanan terhidang di alas makan plastik yang dibentangkan sepanjang jumlah perkiraan orang. Menata peralatan makan, membawa makanan dari meja makan, sampai mencoba semua menu yang ada. Tampak begitu menyenangkan bagi Abang, karena ia akan sangat antusias setiap akan mulai makan.
                Lebaran saat yang asyik untuk silaturrahim. He got it.
                Kesan ketiga, dan merupakan kesan terakhir yang ingin kutanamkan di lebaran pertamanya ini adalah tentang tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik setelah lebaran. Baru akan dilaksanakan mulai besok, insyaaAllah. Kami akan memulai rapat keluarga kecil kami dan membuat rancangan tentang peraturan dan target keluarga kami tahun ini. Doakan ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

re arrange

Pertemuan kembali

Day 2 : Tema Blog yang Paling Disukai