Anak Laki-Laki Bu Supri

Aku baru dua kali melihatnya.
Pertama kali, di lorong rumah sakit. Bayu, nama anak laki-laki itu, datang dengan wajah khawatir. Ia berusaha mencari tahu kondisi Bu Supri, ibunya, yang baru saja masuk ke IGD karena tiba-tiba jatuh di kamar mandi.
Aku yang menemani Bu Supri ke rumah sakit hanya bisa menjawab singkat kronologis kejadian malam itu. Keesokan harinya, ketika Bu Supri sadar, Bayu ada di sampingnya, menyuapi ibunya bubur.
Ada yang berbeda pada Bu Supri saat itu. Wajahnya, aku belum pernah melihat wajah Bu Supri secerah itu.
Kedua, ketika libur lebaran tahun ini. Kali ini Bu Supri tidak menghabiskan libur lebaran di rumah anak-anaknya, tidak seperti biasanya. Ia memilih tinggal di rumahnya di kampung.
Ternyata, Bayu datang ke rumah dua hari sebelum lebaran. Mengisi kamar kosong di bagian depan rumah yang ternyata memang kamarnya.
Selama dua hari ini, Bu Supri kelihatan sibuk sekali. Mang Kosim, supir di rumah kami diminta mencari dodol garut merek "PICNIC", Bi Ita diminta memasak terong balado. Semuanya spesial untuk Bayu.
Aku, yang bertugas memeriksa keadaan Bu Supri tiap pagi dan sore merasa bahagia. Bu Supri kelihatan bugar, tidak seperti hari-hari biasanya.
Bayu membawa pengaruh baik untuk Bu Supri, begitu pikirku.
***
[Sus, bagaimana kabar ibu?]
Suara Mba Dina, anak sulung Bu Supri. Aku menjawab seperlunya, karena kutahu pertanyaan itu hanya basa-basi saja.
[Aku sudah mengirimkan baju dan mukena untuk ibu. Apakah sudah sampai?]
[Sudah, Mba]
[Fira dan Mega sudah kirim apa untuk ibu?] Seperti biasanya, Mba Dina akan menginterogasiku soal kiriman dari anak-anak Bu Supri yang lain.
[Mba Fira sudah kirim kerudung dan kue-kue lebaran, kalau Mba Mega juga membelikan mukena dan selop untuk Ibu]
[Oh, jangan lupa ya, Sus. Mukena dariku yang dipakai untuk salat idulfitri]
[Baik, Mba]
Mba Dina baru akan berangkat ke rumah Bu Supri sehabis salat id. Tetapi, ia harus memastikan bahwa Bu Supri tahu bahwa ia sudah memperhatikan ibunya dengan baik.
[Sus, ada Bayu di rumah Ibu?]
[Ada, Mba]
Lalu, ia terdiam cukup lama.
[Ya udah, Sus, salam buat ibu ya]
***
Di hari lebaran, semua keluarga berkumpul di rumah Bu Supri. Para cucu  bermain kejar-kejaran di dalam rumah, para bapak mengobrol sambil minum kopi di ruang tamu, dan anak-anak Bu Supri bergantian melayani ibunya.
Bayu memang terlihat menarik diri dari keluarga yang lain. Ia lebih sering menghabiskan waktu di kamar. Keluar hanya untuk menemani ibu memberi makan ayam-ayam peliharaan ibu.
Sore itu, aku dipanggil Mba Mega untuk duduk di ruang keluarga.
"Sus, kamu tahu? Ibu sangat menyayangi Bayu, bukan hanya karena ia anak lelaki satu-satunya. Entah karena apa. Aku sudah berusaha berbuat baik pada ibu, bukan untuk bersaing dengan Mba Dian dan Fira. Tapi karena aku ingin Ibu sayang padaku," ungkapnya panjang lebar.
"Tapi ibu hanya menunjukkan sayangnya pada Bayu. Andai kamu tahu, Sus."
Lalu mengalirlah cerita tentang Bayu. Tentang kisah hidupnya yang kelam, sempat overdosis. Pernah menghamili anak orang tapi tidak mau bertanggung jawab. Kuliah yang tidak selesai.
Namun, anak yang bisa membuat Bu Supri selalu tersenyum saat di sampingnya. Tentu saja yang terakhir ini hanya ada dalam hatiku.
Aku tidak menanggapi apapun. Semua informasi ini menambah potongan puzzle tentang Bayu, namun tetap belum lengkap.
Suatu saat, aku ingin tahu potongan puzzle terakhir. Dari Bu Supri.
***
Bayu pergi paling awal. Diiringi tatapan tidak suka dari saudaranya yang lain. Bu Supri memandanginya lama, seolah ingin menahannya lebih lama lagi. Namun tidak bisa.
Bayu tetap pergi.
Bu Supri memberiku secarik kertas. Alamat Bayu. Memintaku mengirimkan beberapa penganan khas, kesukaan Bayu. Lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

re arrange

Pertemuan kembali

Day 2 : Tema Blog yang Paling Disukai