Menghilang tanpa jejak
Aku sudah mempersiapkan diri untuk menemui Abi. Hari ini kami seharus bertemu, acara bulanan organisasi. Seharusnya mudah saja menemukannya dalam acara ini. Ia orang yang sangat mencolok.
Tapi, nihil. Dia tidak ada.
Ya, aku mencarinya. Kami harus membahas maksud perkataannya semalam, kan?
***
Bolak balik aku memandangi layar gawaiku. Berharap ada sesuatu.
Bolak balik aku memandangi layar gawaiku. Berharap ada sesuatu.
Hei, ada apa dengan aku. Bukankah seharusnya aku tidak terganggu?
Aku membaca lagi pesannya semalam, dan aku tahu dia juga sedang memegang gawai. Tertulis online pada statusnya.
Haruskah kutanyakan maksudnya?
Bolak balik aku mengetik, lalu menghapus lagi. Menatap layar, lalu meletakkannya di meja, mengambilnya lagi.
Kalila yang sedang duduk di hadapanku menatapku heran. Mungkin bingung dengan tindakanku yang aneh.
Aku memutuskan tidak menghubunginya.
***
Novel ketiga yang kulalap bulan ini, novel ringan bertema romansa kehidupan pernikahan. Tema yang menghangatkan hati tapi juga menyesakkan dada.
***
Novel ketiga yang kulalap bulan ini, novel ringan bertema romansa kehidupan pernikahan. Tema yang menghangatkan hati tapi juga menyesakkan dada.
Kisah yang sangat jauh berbeda dengan kisahku.
Laki-laki baik itu memang hanya ada dalam cerita. Pada kehidupan sebenarnya tidak begitu, setidaknya pada kehidupanku.
Laki-laki yang mengikat akad padaku pergi begitu saja, meninggalkanku dan Kalila demi memilih perempuan lain yang lebih menarik menurutnya.
Kadang aku merasa disisihkan, dibuang, dicampakkan. Walau aku akhirnya sadar bahwa ini adalah jalan terbaik yang Allah pilihkan. Tetap saja, perasaan tidak layak untuk dicintai masih saja menghantui.
Mencoba aktif di berbagai komunitas dan organisasi nirlaba hanyalah salah satu cara untuk mengobati lukaku. Di sini aku merasa dibutuhkan, dan itu berharga sekali.
Novel-novel ini terkadang memberiku sebuah harapan -semoga bukan harapan palsu, bahwa suatu saat pangeranku akan tiba. Dia yang sungguh-sungguh memilihku bukan karena status sosialku, atau titel-titel yang berjajar di belakang namaku.
Aku ingin menjadi Sekar, yang membuat den Hadi bisa memilih dan berhenti di hatinya seperti Novel Canting. Aku ingin menjadi Tari yang tidak berhenti berharap dan mendapat cinta Bian di akhir harapnya. Aku ingin seperti Andini yang dicintai Gilang setengah mati.
Tapi, itu hanya keinginan kan? Bukan kenyataan.
Lelaki yang bilang aku cinta pertamanya saja tiba-tiba menghilang setelah menyatakan perasaannya. Mungkin dia menyesal, mungkin dia salah ucap dan tak tahu bagaimana menarik ulang kata-katanya.
Tanpa sadar ada setitik harap itu.
Pada Abi.
Komentar
Posting Komentar